Test Footer 1

Showing posts with label True Love. Show all posts
Showing posts with label True Love. Show all posts

Thursday 27 June 2013

Gudang

Ekspresikan Cinta Kita

Ketika putrinya masih kecil dan menderita sakit, seorang ayah menimang anaknya terus-menerus di malam hari. Si kecil terus saja terjaga. Satu-satunya cara menidurkannya dalah menggendongnya di bahu sambil berjalan mondar-mandir di kamar seraya mendendangkan lagu kesayangan denga lembut. Jika sang ayah berhenti menyanyi dan mencoba menurunkannya dari gendongan, si kecil serta-merta terbangun dan menangis lagi.
Semalam suntuk, sekitar delapan jam, sang ayah menggendong dan terus menyanyi. Alhamdulillah, deman si kecil menurun. Saat fajar menyingsing barulah si anak tertidur.
Tentu saja si ayah benar-benar letik. Punggungya sakit, kakinya pegal, tenggorokannya serak, kepalanya pening, sementara ia harus segera bekerja.
Beberapa tahun kemudian, si ayah menceritakan kejadian itu pada buah hatinya. Si anak bertanya, “Papa tidak kesal padaku saat itu?”
Si ayah terkejut mendengat pertanyaannya, karena perasaan itu tidak terlintas sedetik pun dalam hatinya. “Kesal padamu?”, si ayah balik bertanya.
“Sayang, papa tidak mampu mengungkapkan cinta padamu lebih dari itu! Kenangan indah itu tidak akan pernah papa lupakan,” lanjutnya.
Ditempat lain, seorang laki-laki tua tergeletak tak berdaya di sebuh kursi roda sebuah apartemen mewah. Ubannya sudah memenuhi kepala. Tubuh tinggi besarnya berbalutkan keriput yang tergurat begitu jelasnya. Nafasnya turun-naik. Seorang dokter perempuan berada disampingnya.
Si dokter menyadari takkan mampu memindahkan sang pasien ke atas sofa. Dia pun meminta bantuan seorang pemuda yang sedang membaca buku tak jauh dari tempat itu. Dari garis wajahnya, kemungkinan besar pemuda itu adalah anak lelaki si pasien.
Cukup mengagetkan. Sang pemuda itu seakan-akan mengangkat sebatang pohon. Dia melakukan pekerjaan itu nyaris tanpa ekspresi.
Dua kisah diatas adalah gambaran kecintaan orangtua kepada anaknya, dan kecintaan anak kepada orangtuanya. Ekspresi cinta yang tulus dan bersih dimiliki oleh orangtua, sedangkan ekspresi cinta terhadap orangtua sering kali terlalu sederhana.
Read More

Saturday 22 June 2013

Gudang

Pacaran Sehat Ala gudang CARE Part 2


Sobat, bagaiman dengan program pacaran sehat part 1? Sudah Anda jalani dengan baik? Jika sudah, sekarang saatnya menuju ke pacaran sehat bagian ke 2. Jika Anda belum membaca pacaran sehat gudang CARE part 1, sebaiknya baca terlebih dulu artikel itu.
Baik Anda pria maupun wanita, memiliki kewajiban yang sama untuk tetap menjaga agar pacaran tetap sehat. Pacaran ibaratkan sebuah tubuh yang harus dijaga kesehatan nya. Apabila tubuh itu sakit, maka harus segera disembuhkan. Sama halnya dengan pacaran. Jika pacaran itu sudah mulai mengalami gejala-gejala penyakit, sebaiknya temui dokter cinta yang bisa mengobati hubungan Anda.
Lalu, seperti apakah pacaran yang sehat itu? Kali ini solusi romansa akan memberikan resep rahasia pacaran sehat. Sebelumnya, jangan lupa untuk memberitahu sahabat Anda tentang artikel ini. Karena pasti akan sangat bermanfaat sekali.
Komitmen
Ini adalah pilar pertama yang harus Anda bangun sejak awal pacaran. Komitmen ibaratkan sevuah fondasi pada bangunan. Pacaran tanpa komitmen, bagaikan bangunan tanpa fondasi. Mudah roboh, retak dan hancur. Jelas, tanpa komitmen, pacaran sehat adalah jauh dari kenyataan. Komitmen dalam pacaran ini di dalamnya terdapat rule pacaran yang akan menyeimbangkan serta mengokohkan pacaran yang Anda jalin. Rule adalah aturan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Seperti apakah rule pacaran yang Anda buat? Itu tergantung prinsip dan keinginan Anda dalam menentukan.
Affection
Apa jadinya jika Anda berpacaran tanpa sayang-sayangan dengan pasangan Anda? Affection adalah simbol nyata dari kasih sayang Anda terhadap pacar Anda. Tunjukkan rasa sayang Anda pada pacar Anda dengan cara yang beragam. Contoh, “aku rasa, kata sayang buat kamu itu masih belum cukup.. kamu tuh lebih dari sekedar layak untuk disayangi..”. Hal-hal seperti itulah yang membuat pacaran menjadi sehat. Selain seru untuk dilakukan, Affection akan saling mempererat rasa cinta Anda pada pacar Anda.
Seks / sex
Semua manusia di dunia ini memiliki kebutuhan seksual. Dan hal ini haruslah dimanifestasikan di dalam sebuah hubungan demi membentuk pacaran sehat. Seks di sini bukan hanya diartikan ke dalam seks yang berkonotasi negatif saja. Sentuhan seperti berpelukan dan saling rangkul adalah bentuk kegiatan seksual. Seks adalah pilar ketiga yang terpenting dalam rantai elemn pacaran sehat.
Pacaran sehat ala solusi romansa adalah pacaran yang menggenapi tiga pilar di atas. Jika Anda tidak menggenapi tiga elemen itu, maka pacaran Anda kemungkinan masuk ke dalam kategori pacaran yang tidak sehat.
Pacaran hanya seks saja, tanpa komitmen dan affection, sudah jelas Anda hanya pasangan “pemuas” saja.  Pacaran Hanya komitmen semata tanpa affection dan seks, maka kebutuhan batin dan raga Anda tidak terpenuhi. Maka, untuk membentuk pacaran yang sehat, Anda dari sejak awal haruslah membentuk 3 pilar itu. Sekarang Anda sudah siap untuk menjalani pacaran sehat ala gudang CARE.
Selamat bersenang-senang, sobat! Sekian [edi munawar]
Read More

Tuesday 11 June 2013

Gudang

Aktivitas yang Menyuburkan Cinta Kasih Pasangan Suami Istri


Pasangan suami-istri haruslah mampu menjaga perasaan cinta dan senantiasa memupuk kasih sayang diantara mereka. Jika hal ini tidak bisa dilakukan bolehjadi hubungan akan menjadi gersang dan mungkin saja ikatan pernikahan bisa terlepas. Na’udzubillahi min dzalik! Ada banyak cara untuk menyuburkan cinta kasih dengan pasangan kita.

1. Mengobrol bersama pasangan
Mengobrol adalah aktivitas yang sederhana dan sangat mudah dilakukan. Jangan menyepelekan obrolan bersama pasangan. Mengobrol bisa mengurangi ketegangan jiwa, dan membuat suasana kelembutan hati. Berbagai tumpukan permasalahan akan terurai dan endapan perasaan yang menggumpal di dada, akan terurai dan melarut dalam suasana obrolan yang nyaman.

Bagi pasangan yang super sibuk, bisa menyepakati waktu tertentu untuk bisa bertemu fisik dan mengobrol bersama pasangan. Mungkin saja tengah malam, mungkin pula menjelang subuh. Suami dan isteri harus menyediakan waktu dan kesempatan yang memadai untuk bisa mengobrol berdua. Tidak cukup melalui telepon, SMS, BBM, email dan teknologi lainnya. Mengobrol dan bertemu langsung adalah sebuah kebutuhan psikologis bagi suami dan isteri. Maka mengobrol harus dijadikan sebagai kebiasaan yang mengasyikkan dan dirindukan.

2. Sentuhan fisik yang ringan dan lembut
Aktivitas memeluk, membelai, menggandeng tangan adalah contoh sentuhan fisik yang sangat dalam maknanya. Tanpa harus berkata-kata, cukup memeluk saja, itu sudah memberikan banyak pesan yang lebih luas daripada kata-kata. Sentuhan fisik termasuk salah satu sarana komunikasi nonverbal yang sangat efektif. Komunikasi tidak selalu dalam bentuk obrolan panjang atau diskusi yang akademik, namun sentuhan telah memberikan berbagai pesan yang sangat dalam.

3. Memberikan perhatian melalui berbagai sarana
Perhatian suami kepada isteri –dan sebaliknya—bisa­ diwujudkan dalam berbagai bentuk dan sarana. Saat suami berkemas hendak berangkat kerja, isteri bisa menunjukkan perhatian dengan memberikan bantuan, atau sekedar mengingatkan, apakah ada perlengkapan yang ketinggalan. Saat isteri berdandan, suami bisa memberikan perhatian dlam bentuk memuji penampilannya atau menyarankan suatu penampilan tertentu yang lebih menarik.
Perhatian juga bisa ditunjukkan melalui teknologi. Misalnya mengirim pertanyaan dan ingatan melalui SMS atau BBM, “Pa, jangan lupa obatnya diminum siang ini jam 13.00”. Atau ungkapan, “Mama jangan lupa makan siang ya, biar tetap sehat dan fit”. Telepon juga merupakan bentuk perhatian. Walaupun terpisah jarak dan waktu karena tugas, tetap ada perhatian melalui bantuan teknologi.

4. Menyampaikan cerita dan informasi
Kebiasaan ringan lainnya yang bisa menguatkan keharmonisan keluarga adalah menyampaikan cerita dan informasi kepada pasangan. Misalnya suami yang akan mendapatkan tugas dari kantor untuk kunjungan ke luar daerah, bisa menceritakan dan menginformasika­n rencana tugas tersebut kepada isteri. Dengan demikian, isteri merasa dilibatkan dalam tugas suami sejak awal, dan membuatnya merasa mendapat kepercayaan serta perhatian.

Demikian pula seorang isteri bisa menyampaikan cerita tentang apa yang dilakukan seharian bersama anak-anak di rumah. Cerita dan informasi ringan seputar aktivitas rutin sehari-hari di tempat kerja, di rumah, di masyarakat, yang disampaikan kepada pasangan, merupakan bagian dari kebiasaan yang menguatkan cinta kasih antara suami dan isteri. Masing-masing merasakan adanya keterbukaan dan kejujuran melalui cerita dan informasi yang mengalir setiap hari. [edi]
Read More

Tuesday 28 May 2013

Gudang

Mengapa Aku Harus Menikahimu?

Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan “dia bukanlah orangnya!”
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku. 
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan “mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!”.
  1. Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, “apa yang salah dengan itu?”) pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.
  2. Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur’an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.
  3. Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan “jangan marah, jangan marah, jangan marah”, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??
Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:
  • Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
  • Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
  • Mudah memaafkan, tidak mudah marah
  • Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:
  • Mencitai Allah lebih dari segalanya
  • Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
  • Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
  • Dapat mengontrol kemarahan
  • Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari’at Islam.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)
Read More
Gudang

Kisah Nyata Malam Pesta Seorang Pengantin Wanita Muslimah


Kisah Nyata Malam Pesta Seorang Pengantin Wanita Muslimah
Ilustrasi
BismillahirrRahmanirRahim, Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.
“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”
Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!
Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu !
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama. SubhanAllah…
Read More

Wednesday 8 May 2013

Gudang

Indahnya Poligami ” Poligami Indah Sesuai Sunnah “

Pengantar Redaksi Gudangcare:

Banyak wanita mempertanyakan buruknya praktik ta’addud (poligami) dalam Islam. Mereka kemudian menolak keras poligami dengan alasan menyakiti wanita. Penolakan ini bahkan merembet hingga menggugat syariat, menganggap syariat tak lagi memberikan keadilan. Dengan gelap mata, penafsiran ajaran agama selama ini divonis hanya memihak kaum laki-laki, serta dituduh dipahami secara tekstual dan parsial.

Alhasil, wanita boleh meradang ketika suaminya menikah lagi. Lantas, kenapa banyak wanita yang dibiarkan jadi selingkuhan pria beristri? Mengapa pula banyak wanita yang dengan sukacita jadi “istri” simpanan demi seonggok materi? Dan mengapa tak sedikit istri yang lebih senang suaminya “jajan” atau selingkuh ketimbang kawin lagi, (lagi-lagi) dengan alasan materi—takut harta suami direbut madunya, warisan suami akan terbagi, dsb? Alasan menyakiti wanita pun kian abu-abu.

Tanpa pernikahan resmi, biaya sosial yang muncul jelas sangat besar. Jika seks bebas dan perselingkuhan dibiarkan, siapa yang paling merasakan akibatnya? Siapa yang menanggung jika terjadi penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS) akibat gonta-ganti pasangan di luar nikah? Ujung-ujungnya, yang jadi korban atau setidaknya objek seks adalah perempuan. Lantas, mengapa poligami yang merupakan wujud tanggung jawab seorang pria untuk menikahi wanita secara terhormat justru dikesankan demikian seram?

Memang, dalam praktiknya banyak orang yang “mau cari enaknya” ketika berpoligami, mencari “daun muda” lantas menelantarkan istri pertama. Alhasil, kebanyakan kita cenderung memandang dari realitas yang ada bahwa mengamalkan poligami hanya akan menciptakan kekerasan terhadap perempuan, dsb. Jika ditelisik, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bukanlah soal poligaminya.

Di rumah tangga monogami sekarang, juga marak KDRT. Apakah dengan itu kita lantas menyalahkan monogami, kemudian dengan alasan kontekstual menganjurkan hidup membujang? Kalau begitu, mengapa poligami yang dituding merusak hubungan rumah tangga? Bukankah perselingkuhan dan perzinaan itu yang menyebabkan rusaknya rumah tangga? Intinya memang bukan monogami atau poligaminya, tetapi lebih ke pelaku. Analoginya, ada orang shalat namun masih bermaksiat, orang berjilbab tetapi tidak beradab, dst. Apakah (lagi-lagi) dengan alasan kontekstual kita lantas menggugat shalat, jilbab, dsb?

Maka dari itu, kita semestinya lebih mendalami ajaran agama agar tidak salah memahami, bisa bersikap positif terhadap syariat Allah Subhanahu wata’ala dan kepada mereka yang telah mengamalkannya. Apalagi kesuksesan atau kegagalan berumah tangga adalah hal lumrah. Monogami sekalipun, jika persiapannya asalasalan, hasilnya juga tidak akan baik. Oleh karena itu, jika pada kehidupan poligami terjadi “kegagalan”, kita bisa bersikap bijak dengan tidak mudah menyalahkan poligaminya. Yang harus kita pupuk adalah kesiapan ilmu dalam membina rumah tangga.

Ketika seorang pria hendak berpoligami, dia harus memahami syariat ta’addud (poligami) secara benar agar bisa mempraktikkan secara benar pula. Dalam kehidupan poligami, laki-laki tentu akan lebih “dipusingkan”. Ia dituntut menjadi nakhoda yang baik bagi beberapa bahtera. Bagi lelaki yang bertanggung jawab dan bagus dalam praktik poligami, waktu lebih yang ia luangkan, materi lebih yang ia keluarkan, serta tenaga dan pikiran lebih yang ia curahkan, sejatinya tak sebanding dengan “kenikmatan” yang ia dapatkan. Lebih-lebih, jika ia benar-benar menikahi wanita-wanita yang secara logika “tidak menguntungkan” untuk dijadikan istri, seperti janda miskin beranak banyak.

Akhirnya, kebesaran jiwa seorang istri juga dibutuhkan di sini. Wanita tidak perlu takut kebahagiaannya akan berkurang kala suaminya menikah lagi. Bahkan, semestinya seorang wanita salehah akan bertambah bahagia kala ia..........? edi munawar
Read More