Semoga Alloh memberikan kekuatan dan
ketabahan menjalani ujian ini, semoga kisah
ini bisa menjadi ibrah/hikmah bagimu dan ibu-ibu lain yang mendapat
ujian serupa.
“sebuah curahan hati seorang ibu yang
baru saja kehilangan putri pertamanya. Seorang ibu
yang tiada mengenal lelah untuk mengkampanyekan ASI
sebagai makanan terbaik bagi buah hatinya.. Elona Melo T.A” Selasa, 17
Juli 2001, jam 10.10wib engkau hadir di tengah kehidupan kami nak. Sempurnalah rasanya mama
menjadi seorang wanita dengan kelahiranmu.
Engkau kami beri nama Khonsaa’ Al
Anshoriyah. Khonsaa’ adalah nama seorang sahabat Rosul wanita yg
merelakan ke3 anaknya mati syahid di peperangan, hingga akhirnya beliau pun
ikut syahid.
Al Anshoriyah, kami pilihkan menjadi
nama belakangmu dg harapan engkau termasuk ke dalam golongan orang-orang yg
gemar menolong layaknya kaum anshor.
Dari balita, engkau sudah menjadi
tempat mamamu curhat, entah engkau paham atau tidak setiap ada
kegundahan engkau bantu meringankannya dengan jalan mendengarkan nak. Itulah sebabnya engkau
menjadi salah satu Sahabat Terbaik mama. Kau tenangkan mama, kau hapus air mata mama
setiap mama menangis karena rindu dengan almarhum opamu. Dengan lembut kau bisikan
di telinga mama “jangan sedih ma”.. lalu engkaupun memeluk mama.
Sebagai anak pertama, engkau menjadi
sekolah sekaligus guru bagi mama. Bagaimana naluri keibuan mama terasah
dengan keberadaanmu. Engkau mengajarkan pada mama bahwa kesabaran tidak berbatas,
walau sebagai manusia sering sabar itu hilang. Engkau ajarkan pada mama,
bahwa kasih sayang, kehangatan dan kejujuran akan berakhir dengan ketiganya pula.
Kau ajarkan bahwa, ibu adalah guru pertama sekaligus terbaik bagi anak-anaknya. Itu
sebabnya papamu meminta mama untuk tetap di rumah menemani engkau dan adik-adikmu..
Ketika adik-adikmu lahir, di usia yg
masih sangat muda, engkau berubah menjadi sosok kakak yang begitu dewasa, banyak
mengalah, walau kami orangtuamu tahu hal itu berat engkau lakukan. Kami sering
memberimu tanggung jawab “titip ade-ademu ya mba” setiap mama dan papamu
pergi, walau di rumah ada yang lain. Kau tunaikan amanah kami dengan
memberi laporan singkat jelas dan padat apa yg terjadi saat mereka ditinggal. Apabila ada mainan atau
bukumu yg dirusak oleh adikmu, yang kau lakukan hanya menangis dan mengadu
pada mama, dengan harapan mama akan memperbaikinya..itu sering kita bersama.
Engkau buat kami bangga dengan
keistiqomahanmu untuk mengenakan jilbab di usia 6 tahun, walau engkau
hanya seorang diri yg melakukannya di kelasmu. Kau butikan kecerdasanmu
dg hasil IQmu yg sangat jauh di atas rata-rata dan prestasimu
sebagai juara kelas. Ternyata, kebanggaan ini juga dirasakan oleh eyang mama dan
eyang papa, oma danbude pakde juga om kamu nak. Mama sering tidak segan-segan
berkata bahwa “mama banggamu nak”.
Al Anshoriyah, engkau betul-betul anak
yg gemar menolong. Terbukti dari cerita guru-gurumu bahwa engkau tidak
segan-segan menolong temanmu yg kesulitan dalam belajar, walau resikonya
ditegur oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena dengan
ikhlasnya soal ujian temanmu kau kerjakan dari awal hingga
selesai. Ingat nak..betapa marahnya mama ketika tahu kejadian itu, namun di sisi
lain mama melihat sikap rela berkorbanmu yg begitu tinggi.
Saat kita pindah, dari Jakarta ke
Bandung, engkau terlihat sedih karena harus meninggalkan sahabatmu, namun sekaligus
gembira setelah mendengarkan cerita mama bahwa kelak kamu akan mendapat
teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa Sunda. Ingat
Khonsaa’ ketika tanpa engkau sadari caramu dan adikmu berbicara mulai berubah dan
menjadi bahan becandaan sepupumu di jakarta…? Itu membuktikan betapa dirimu mudah
bergaul nak. Mama juga bangga padamu ketika seorang wali murid menceritakan
bahwa menurut anaknya, kamu adalah “the coolest girl in the class” karena wawasanmu yg
luas. Dari masalah gadget, pelajaran, poppin (satu bentuk tarian), music, buku-buku..begitu
banyak yg kau ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!
Saat teman-teman seusiamu masih belum
kenal dunia komputer dan online, kamu sudah begitu akrab dengan keduanya.
Niatmu punya Facebook dan akrab dengan dunia online engkau ceritakan dalam rangka
“jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi saat usiamu
masih 7 tahun.
Padahal, yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang
asyik dengan pekerjaannya.
Sering sekali engkau cerita ke mama hasil browsingmu ke
beberapa web hanya untuk membedakan “akar tunggal dan akar serabut”.
Kau buktikan, bahwa dunia online seharusnya memang digunakan
untuk hal-hal yang bermanfaat…
Sebagai mama, banyak sekali kesalahan yg mama perbuat padamu
nak, bahkan tidak terhitung.. Kemarahan yang kadang melampau batas, ketidaksabaran
yang sebenarnya
masih sangat bisa
ditahan.
Ketika mama menangis menyesal bila memarahimu dan adikmu,
yang kau ucapkan hanya “nggak apa-apa ma”.
Ingat nak, ketika mama menyusui adik-adikmu engkau berada di dekat
mama sambil engkau bertanya
“aku dulu nyusu juga ngga ma”. Seketika itu juga
mama tidak mampu menahan tangis, sembari berucap “itu salah satu
kebodohan mama nak, maafkan mama krn mama tdk menyusuimu”.
Mama ceritakan alasannya bahwa luka yg ada tdk mampu mama tahan.
Lagi-lagi engkau menghibur mama
dg berucap “nggak papa ma, yang penting sudah usaha”.
Salah satu kesalahan mama terbesar
padamu ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya karena keletihan yang sebenarnya masih bisa mama tahan, mama tidak
menemanimu dan adikmu yg pagi itu semangat sekali ingin berenang, dan memang
itulah tujuan kita menginap di hotel. Mama lebih milih berada di kamar hotel dan membiarkanmu
beserta papa dan kedua adikmu ke kolam renang yg ketika itu memang ramai. Mba Rahmi dan
Mba Siti, yang selama ini membantu mama mengurus rumah juga ikut menemani kalian.
Padahal engkau pun belum terlalu mahir berenang nak, mama tahu ketakutanmu pada air yang
kau coba hilangkan
sedikit demi sedikit.
30 menit kemudian papamu kembali ke kamar hotel dan, tidak
lama telpon pun berdering memberitahu bahwa engkau tenggelam…!!!
Bagai tersambar petir, mama dan papa
langsung menjerit dan lari menuju kolam, namun engkau sudah dibawa ke rumah
sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Sekelebat terlintas rasa marah dan was-was silih berganti…
“Mana pool guard yang seharusnya
menjaga kolam renang”.. hanya itu kalimat yang mama ucapkan seraya berlari ke
arah kolam.
Mama seorang guru renang nak, papamu
mahir berenang. Mama bahkan sering bercerita padamu kejadian-kejadian saat
mama menolong beberapa orang yang hampir tenggelam…
Tapi…
Dimana mama,
saat anak mama tenggelam,
Mana guru renang yang mahir berenang 4 gaya, dengan murid tak
terhitung jumlahnya..???
Mana guru renang yg berkali-kali menolong orang yang bisa
saja nyawanya melayang di kolam renang…??
Mana….???
Allohu akbar..dalam perjalanan menuju rumah sakit di kepala
mama yang ada hanya rasa sesal..
Inikah teguran atas kesombonganku ya Alloh?”
Sebegitu sombongkah
aku hingga Engkau mengujiku seberat ini?
Dan…hari itu Alloh menunjukkan kuasaNya..
Mama menemuimu di ruang UGD ketika
engkau telah terbujur kaku nak. Seketika itu dunia terasa gelap, aliran darah seakan
terhenti..melihat sesosok tubuh tertutup kain putih…
Ya Alloh..Ya Robbi..Ya Rohman..Ya Rohim, inilah saatnya
Engkau ambil titipanmu yg pernah Kau tanamkan dalam rahimku.
Dunia seakan berhenti berputar..rasanya
tidak percaya hingga mama lihat tanda lahir di lengan kirimu, bekas luka kecil
cacar di hidungmu, tahi lalat di telingamu dan sekujur badanmu yg mama hafal
bentuknya satu persatu karena kamu anak mama…
Mama segera memeluk jasadmu nak, tanpa
berpikir lagi apakah engkau dengar atau tidak, hanya kata maaf yg mampu mama
ucapkan di telingamu. Dada ini terasa sesak menahan sebuah beban yg terasa seperti
sebuah gunung yang sangat besar.
Sambil memandikan jenazahmu, mama
bisikkan di telingamu bahwa, mama buktikan kalau mama kuat menerima kepergianmu.
Demi mengharap ridho Alloh Azza Wajalla, mama tahan air mata dan rasa
marah yang sebenarnya lebih mudah bila diledakkan saat itu juga.
Demi meyakini akan syahidnya seseorang yang wafat karena
tenggelam, mama tahan emosi mama nak..
Demi meyakini, bahwa engkau akan
menjadi hijab api neraka bagi orang tuamu yang kotor ini, mama tahan
dorongan ingin menjerit sekeras-kerasnya.
Engkau penuhi janjimu nak..
Al Anshoriyah, Engkau gemar menolong saat masih hidup. Dan, engkau
tolong kami dengan kepergianmu.
Banyak sekali janji mama padamu nak,
hadiah sepeda BMX bila engkau juara kelas lagi, jalan-jalan ke dufan dan menaiki
semua wahana karena kini engkau sudah tinggi, latihan renang
intensif selama liburan nanti…, bermain hujan bertiga adikmu, menyambangi
sahabat-sahabat dan Guru-gurumu di Jakarta..namun, semua itu tinggal janji…
Engkau tunaikan janjimu…tapi pada siapa mama tunaikan
janji-janji mama nak..?
Cita-cita kami orang tuamu ingin
merawat dan mendidikmu hingga dewasa, digantikan dengan sebuah cita-cita
mulia yg tak mampu kami ucapkan, mengharapkan kita semua bisa bertemu maut
dengan kesyahidan. Kau tunaikan itu semua nak…
Maafkan mamamu nak, yang tidak berada di dekatmu saat-saat
terakhir hidupmu.
Walau pedih, mama bersyukur karena
telah dipercaya oleh Alloh menerima amanah seorang gadis kecil yang sangat special
di mata setiap orang yang mengenalnya.
Janji mama terakhir kalinya padamu
anakku, mama akan kuat melepasmu walau berat. Mama akan merawat kedua adikmu,
mama akan menjadi ibu yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Bantu mama agar kuat nak, walau air mata penyesalan,
kesedihan, kerinduan ingin memelukmu tak mampu mama bendung.
Rasa sesal tidak menjadi ibu yang sempurna begitu hebatnya
mama rasakan hingga saat ini.
Semoga Alloh Sang Ilahi Robbi, memaafkan semua kesalahan
mama padamu.
Mama sangat mencintaimu anakku..
Mama sangat merindukanmu..sahabatku…
Mama bangga padamu..guruku…
Mama akan kuat, demi janji mama padamu..syahidahku!
“Ketahuilah bahwa pertolongan menyertai
kesabaran, sesungguhnya ada kelapangan bersama kesusahan dan
sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”
elona melo binti tomela arief
mama bagi Khonsaa’-Zainab-Tholhah
judul asli : Selamat Jalan Khonsaa’, Anak, Guru
dan Sahabat Terbaik Mama..
Shared By Gudang Care
http://gudang-care.blogspot.com