Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan nama Israel. Terutama
setelah penyerangan besar-besaran terhadap bangsa
Palestina.
Sebenarnya siapa bangsa Israel itu?
Nama Yahudi barangkali diambil dari Yehuda. Yehuda adalah salah seorang putra nabi Yakub (Kejadian 29: 22) yang kemudian hari dijadikan nama salah satu kerajaan Israel yang pecah menjadi dua, setelah Solomon (Sulaiman) meninggal (1 Raja-Raja 12). Sedangkan nama Israel adalah nama yang diberikan Tuhan kepada Yakub, setelah Yakub memenangkan pergulatan melawan Tuhan (Kejadian 32:28). Karena dosa-dosanya yang sudah tidak termaafkan lagi, bangsa Israel ini dihukum oleh Tuhan dengan menghancurkan kerajaan yang mereka miliki (2 Raja-Raja 17:7-23).
Bangsa Yahudi sangat terobsesi oleh kitab suci mereka, bahwa hanya
merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai dunia
ini. Bukankah Tuhan juga yang menyatakan kepada nenek moyang mereka Ibrahim,
bahwa dari keturunan Ibrahimlah Tuhan akan menurunkan raja-raja didunia ini.
Bagi mereka, keturunan Ibrahim hanyalah anak cucu yang lahir dari Sarah, isteri
pertama Ibrahim, sehingga keberadaan Ismael anak sulung Ibrahim dari Hajar,
dianggap tidak ada. Atas kecongkakkan dan kesombongan ini, Tuhan murka kepada
bani Israel. Beratus-ratus tahun mereka menjadi warga negara kelas kambing yang
tertindas di negeri Firaun. Setelah Musa berhasil membawa mereka keluar dari
Mesir, bangsa Israel sempat mempunyai kerajaan yang dibangun oleh Daud dan
mencapai masa keemasannya ditangan Solomon. Kerajaan yang kemudian pecah
menjadi dua karena intrik anak-anak Solomon, lalu menjadi lemah dan akhirnya
mereka dijajah oleh Firaun Nekho (2 Raja-Raja 23:31-35). Diusir sebagai orang
buangan oleh Nebukadnezar bangsa Babilonia (2 Raja-Raja 25:1-21). Dijajah oleh
Romawi. Dimusnahkan oleh Nazi, Jerman. Kesemuanya itu adalah hukuman Tuhan,
kepada bangsa yang oleh Yesus (Isa al Masih) disebut sebagai keturunan bangsa
ular beludak (Matius 23:33). Hukuman tersebut tidak membuat mereka jera, dan
bertobat. Malah menjadikan dendam kesumat dihati bangsa ini untuk melawan
Tuhan, Allah Maha Pencipta.
Kecongkakkan mereka dengan menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan
satu-satunya yang berhak memerintah dunia ini, membuat mereka dengan sombongnya
bersumpah, untuk memerangi agama lain selain agama mereka dengan segala cara,
persis ketika Iblis bersumpah kepada Tuhan untuk memperdayai anak cucu Adam,
sampai dunia kiamat nanti. Tuhanpun memperingatkan ummat Islam, melalui
Al-Quran untuk berhati-hati terhadap tipu daya Yahudi ini.
Pegangan mereka adalah kitab Talmud. Yang merupakan kitab setan, karena
sangat jauh menyimpang, bahkan mungkin bertolak belakang dengan ajaran Taurat. Nabi Daud AS, yang
juga raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Nabi
Daud AS tinggal di benteng itu dan diberinya nama: "bandar Daud"
(Samuel II 5:7-9) Sejak itu maka Zion
menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang Yahudi yang mereka percayai bahwa
Tuhan tinggal di tempat itu: "Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap
di Zion" (Mazmur 9:11).
Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi yang bersifat ideologis untuk
menetap di Palestina, yakni di bukit Zion dan sekitarnya. Walaupun Nabi Musa AS
tidak sampai pernah menginjakkan kaki beliau di sana, namun orang-orang Yahudi
menganggap Nabi Musa AS adalah pemimpin pertama kaum Zionis.
Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme membangkitkan fanatisme
kebangsaan (keyahudian) , keagamaan dengan mempergunakan cara kekerasan untuk
sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa tipudaya untuk mengurangi
dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata "Palestina", yakni
mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang berkaitan dengan sejarah bangsa
Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama "Israel" untuk negara yang
telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme di Palestina identik dengan
kekerasan, kezaliman dan kehancuran. Kaum Zionis mengambil nama Israel adalah
untuk siasat guna mengelabui dan menipu publik, bahwa negara Israel itu tidak
akan menggunakan cara-cara yang biasa digunakan oleh kaum Zionis. Pada hal
dalam hakikatnya secra substansial tidaklah ada perbedaan sama sekali antara
Israel dengan Zionisme. Israel sendiri berasal dari dua kata, isra mempunyai
arti hamba, dan ell berarti Allah. Secara substansial
protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Protokol
berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada para konseptornya, dan berarti
laporan yang diterima serta didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan
pada muktamar di Bale, Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor
Herzl.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dalam tahun 1901. Dalam perjumpaan nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di rumah rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat sebagian dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat trperanjat setelah membaca isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen rahasia itu, yang disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas rahasia Kekaisaran Rusia Timur.
Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan
seperti berikut:
1.
Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang
disebut Joyeem,
atau Umami. Jiwa-jiwa
Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang
suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami
ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari
anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi. Kaum
Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh menipu
mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh serta
memperkosa mereka. Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada
disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut, melainkan ini adalah
warisan turun temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ishaq AS ini
mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke dalam), yaitu sepeninggal Nabi
Sulaiman AS. Ini diungkap dalam Al Quran (transliterasi huruf demi huruf):
QALWA LYS ‘ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL ‘AMRAN, 75), dibaca: qa-lu- laysa
‘alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali ‘imra-n), artinya: mereka berkata tidak
ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (3:75).
2.
Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa
Tuhan, hanya
mereka sajalah anak-anak
Tuhan yang suci-murni, sangatlah menyimpang dari syari’at yang dibawakan oleh
Nabi Musa AS. Mereka yang menyimpang inilah yang dimaksud dengan almaghdhu-b,
artinya yang dimurkai dalam Surah Al Fa-tihah ayat 7.
3.
Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan menye-barkan
faham-faham
yang bermacam-macam.
Faham yang mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu
mempublikasikan sekularisme kapitalisme, suatu waktu menebar atheisme
komunisme, suatu waktu berse-lubung agnostik sosialisme. Untuk menebarkan
pengaruh internasional, protokol-protokol itu antara lain berisikan perencanaan
keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang,
pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu kekuatan
besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia. Manusia akan lebih mudah
ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada ditundukkan oleh undang-undang.
Pada tahun 1902 dokumen rahasia Zionis itu diterbitkan dalam bentuk
buku berbahasa Rusia oleh Prof. Nilus dengan judul ‘PROTOKOLAT ZIONISME’. Dalam
kata pengantarnya Prof. Nilus berseru kepada bangsanya agar berhati-hati akan
satu bahaya yang belum terjadi. Dengan seruan itu terbongkarlah niat jahat
Yahudi, dan hura-hura pun tak bisa dikendalikan lagi, dimana saat itu telah
terbantai lebih kurang 10.000 orang Yahudi. Theodor Herzl, tokoh Zionis
Internasional berteriak geram atas terbongkarnya Protokolat mereka yang amat
rahasia itu, karena tercuri dari pusat penyim-panannya yang dirahasiakan, dan
penyebar-luasannya sebelum saatnya akan membawa bencana. Peristiwa pembantaian
atas orang-orang Yahudi itu mereka rahasiakan. Lalu mereka ber-gegas membeli
dan memborong habis semua buku itu dari toko-toko buku. Untuk itu, mereka tidak
segan-segan membuang beaya apa saja yang ada, seperti ; emas, perak, wanita,
dan sarana apa saja, asal naskah-naskah itu bisa disita oleh mereka.
Mereka menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris mau menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.
Mereka menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris mau menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.
Pada tahun 1905 kembali Prof. Nilus mencetak ulang buku itu dengan amat
cepat dan mengherankan. Pada tahun 1917 kembali dicetak lagi, akan tetapi para
pendukung Bolshvic menyita buku protokolat itu dan melarangnya sampai saat ini.
Namun sebuah naskah lolos dari Rusia dan diselun-dupkan ke Inggris oleh seorang
wartawan surat kabar Inggris ‘The Morning Post’ yang bernama Victor E.Mars dan
dalam usahanya memuat berita revolusi Rusia. Ia segera mencarinya di
perpustakaan Inggris, maka didapatinya estimasi tentang akan terjadinya
revolusi komunis. Ini sebelum lima belas tahun terjadi, yakni di tahun 1901.
Kemudian wartawan itu menterjemahkan Protokolat Zionis itu ke dalam bahasa
Inggris dan dicetak pada tahun 1912.
Hingga kini tidak ada satu pun penerbit di Inggris yang berani mencetak
Protokolat Zionis itu, karena kuatnya pengaruh mereka di sana. Demikian pula
terjadi di Amerika. Kemudian buku itu muncul dicetak di Jerman pada tahun 1919
dan tersebar luas ke beberapa negara. Akhirnya buku itu diterjemah-kan ke dalam
bahasa Arab, antara lain oleh Muhammad Khalifah At-Tunisi dan dimuat dalam
majalah Mimbarusy-Syarq tahun 1950. Perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang
berani mempublikasikan Protokolat itu, kecuali ia berani menghadapi tantangan
dan kritik pedas pada koran-koran mereka, sebagaimana yang dialami oleh
penerjemah ke dalam bahasa Arab yang dikecam dalam dua koran berbahasa Perancis
yang terbit di Mesir.
Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 14 Mei 1948
silam, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan
ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk
mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil melaksanakan
"amanat" yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya Der
Judenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896. Tidaklah mengherankan jika di
tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut agama Islam,
ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya hidup Barat. Mereka
adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari berbagai negara di dunia
karena mengalami pembantaian oleh penguasa setempat
Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina,
bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki keterikatan historis
dengan Palestina, akhirnya mereka berbondong-bondong datang ke Palestina.
Imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ini terjadi sejak akhir tahun 1700-an.
Akibat pembantaian diderita, maka mereka merasa harus mencari tempat yang aman
untuk ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan
Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi Herzl lebih memilih
Palestina.
Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.
Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.
Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara besar-besaran,
menyebabkan kemarahan besar penduduk Palestina. Gelombang pertama imigrasi
Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903. Ketika itu sebanyak 25.000 orang
Yahudi berhasil dipindahkan ke Palestina. Mulailah terjadi perampasan tanah
milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Bentrokan pun tidak dapat dapat
dihindari. Kemudian gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914.
Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.
Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara rahasia
dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris.
Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina, Inggris membuka pintu
lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini memancing protes keras bangsa
Palestina.
Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui
Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal di
Palestina. John Norton More dalam bukunya The Arab-Israeli Conflict mengatakan
bahwa Deklarasi Balfour telah menina-bobokan penguasa Arab terhadap pengkhiatan
Inggris yang menyerahkan Palestina kepada Zionis.
Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB
mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947
membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat protes keras dari
penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran menentang
kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan dengan bangsa Yahudi. Dengan suka
cita mereka mengadakan perayaan atas kemenangan besar ini. Bantuan dari
beberapa negara Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina.
Saat itu pula menyusul pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan
pembunuhan terhadap Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam membela Palestina
dari cengkraman Israel.
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel.
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah gerakan
Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad Firgholi, dan
Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di
Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun 1967, semua kawasan
Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran
terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat
ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan
perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir.
Akhirnya pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun
dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara sporadis
terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan solidaritas rakyat
Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan massal yang didukung massa
dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an. Sifat perlawanan ini radikal
revolusioner dalam bentuk aksi massal rakyat sipil.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan "anak" dari Ikhwanul Muslimin karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan "anak" dari Ikhwanul Muslimin karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.
Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang
dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di Basle
merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah Palestina dari bangsa
Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak dianggap sebagai ”perampok”
tetapi malahan dipuja sebagai ”pahlawan” dan bangsa Arab yang melawannya
dianggap sebagai ”teroris” dan penjahat yang perlu dihancurkan.
Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I kaum Zionis sudah mengerti kunci perjuangan abad XX yakni: diplomasi, lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang wartawan yang berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata andal dalam perjuangan politik abad modern ini. Sejak Kongres I, dia sangat rajin melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan melancarkan diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa. Zionisme lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha merampas tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.
Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I kaum Zionis sudah mengerti kunci perjuangan abad XX yakni: diplomasi, lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang wartawan yang berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata andal dalam perjuangan politik abad modern ini. Sejak Kongres I, dia sangat rajin melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan melancarkan diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa. Zionisme lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha merampas tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.
Tokoh-tokoh Yahudi banyak terjun ke media massa,
terutama koran dan industri film.
Hollywood misalnya didirikan oleh Adolf Zuckjor bersaudara dan Samuel-Goldwyn- Meyer (MGM). Dengan dominasi yang luar biasa ini, mereka berhasil mengubah bangsa Palestina yang sebenarnya adalah korban kaum Zionis menjadi pihak ”penjahat”.
Apakah anda tau siapa
yang menguasai kantor-kantor berita seperti Reuter, Assosiated Press, United
Press International, surat kabar Times dan jaringan telivisi terkenal dunia
serta perusahaan film di Holywood? Semuanya adalah bangsa Yahudi. Reuter
didirikan oleh Yahudi Jerman, Julius Paul Reuter yang bernama asli Israel Beer
Josaphat. Melalui jaringan informasi dan media komunikasi massa inilah mereka
menciptakan image negatif terhadap Islam, seperti Islam Fundamentalis, Islam
Teroris, dan lain sebagainya. Demikian gencarnya propaganda ini, sampai-sampai
orang Islam sendiri ada yang phobi Islam (ketakutan terhadap
Islam).
Edward Said, dalam
bukunya Blaming The Victims secara jitu mengungkapkan bagaimana media massa
Amerika menciptakan gambaran negatif bangsa Palestina. Sekitar 25 persen
wartawan di Washington dan New York adalah Yahudi, sebaliknya hampir tidak ada
koran atau TV Amerika terkemuka yang mempunyai wartawan Arab atau Muslim.
Kondisi ini berbeda dengan media Eropa yang meskipun dalam jumlah terbatas
masih memiliki wartawan Arab atau muslim. Dengan demikian laporan tentang
Palestina di media Eropa secara umum lebih ”fair” daripada media Amerika.
Edward Said yang
terkenal dengan bukunya Orientalism (Verso 1978), menguraikan apa yang
dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina merupakan praktik kaum
Orientalis yang sangat nyata. Pertama, sejarah ditulis ulang, yakni Palestina sebelum
berdirinya Israel ialah: wilayah tanpa bangsa untuk
bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua, bangsa Palestina yang menjadi
korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi penjahat. Ketiga, tanah
Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis beremigrasi ke sana. Na’uzubillah