Test Footer 1

Showing posts with label zona wanita. Show all posts
Showing posts with label zona wanita. Show all posts

Tuesday, 13 June 2017

Gudang

Waspada!! Jika Gejala Nyeri Ini Saat Menstruasi

Waspada!! Jika Gejala Nyeri Ini Saat Menstruasi, Sudah menjadi rahasia umum di kalangan wanita bahwa menstruasi/haid adalah periode yg cukup menyakitkan. Sebagian dari kita mungkin merasakannya dgn nyeri hebat, namun ada juga yg santai menjalani menstruasi tanpa nyeri.

Buat kamu yg merasakan nyeri haid terlampau sakit, dr. Liva Wijaya, SpOG menjelaskan bahwa nyeri haid adalah salah satu gejala yg paling sering dikeluhkan pasien di poliklinik. Tidak semua orang mengalami haid yg nyeri. Prevalensi terjadinya nyeri haid pada perempuan memiliki variasi yg sangat lebar sekitar 15,9 persen hingga 89,5 persen,


"Dalam bahasa kedokteran nyeri haid disebut dismenore. Dismenore primer bila adanya nyeri haid tanpa ditemukan kelainan yg jelas sedangkan disebut sekunder apabila nyeri haid memiliki penyebab khusus," papar dr. Liva.


Hal-hal yg meningkatkan risiko nyeri haid berulang: Usia haid pertama kali (12 tahun), lamanya haid, banyak darah yg dikeluarkan, merokok, riwayat keluarga, & beberapa penelitian menyatakan bahwa nyeri haid berhubungan dgn obesitas & konsumsi alkohol. Aktivitas fisik tidak berhubungan dgn beratnya nyeri haid.

Secara ringkas, dr.Liva memaparkan soal nyeri haid ini. Baca baik-baik, adakah kamu mengalami hal-hal yg perlu diwaspadai di dalamnya?

1. Gejala Nyeri haid
Nyeri haid primer hanya dirasakan beberapa saat sejak haid pertama kali(≤ 6 bulan/ siklus), biasanya dirasakan selama 48-72 jam (beberapa saat sebelum darah haid keluar atau beberapa saat setelah darah keluar), nyeri dirasakan seperti kram di perut bawah yg bisa menyebar ke punggung atau paha atas, & tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan.

Kita perlu mencurigai adanya nyeri haid sekunder apabila nyeri haid dirasakan pada awal usia 20-30 tahunan dgn riwayat tanpa nyeri pada haid sebelumnya, perdarahan yg tidak teratur atau banyak jumlahnya, nyeri yg menetap pada setiap siklus, nyeri yg tidak membaik dgn penggunaan anti-nyeri, adanya riwayat sulit punya anak, keputihan yg abnormal, nyeri saat senggama, nyeri berkemih atau buang air besar saat haid, & yg terpenting adalah ditemukan kelainan pada saat pemeriksaan.
2. Pemeriksaan apa yg perlu dilakukan?
Kamu dgn keluhan nyeri haid cukup datang ke dokter kebidanan. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik & pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan fisik berupa perabaan di bagian perut, pemeriksaan kelamin dalam (utk yg sudah berhubungan seksual), atau pemeriksaan melalui lubang anus bagi yg belum berhubungan seksual).


Pemeriksaan tambahan yg mungkin akan dilakukan adalah Papsmear, ultrasonografi, CT scan/ MRI bagian perut, pemeriksaan darah, urine, & feses. Bila diperlukan dilakukan operasi yaitu laparoskopi diagnostik yaitu tindakan khusus utk meneropong bagian dalam perut utk melihat adakah kelainan pada rahim, saluran telur, indung telur, dinding perut, & organ-organ perut yg berhubungan dgn nyeri haid.


Tidak semua pemeriksaan tersebut dilakukan. Hampir sebagian besar kelainan dapat didiagnosis melalui pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik & ultrasonografi.


3. Apakah bahaya nyeri haid?
Hal yg perlu diwaspadai adalah nyeri haid sekunder. Akibat dari gejala tersebut tergantung dari kelainan yg mendasari. Bila ditemukan infeksi, komplikasi yg dapat timbul berupa nyeri haid & keputihan yg berulang, kerusakan saluran telur & rahim, perlekatan organ dalam perut, sehingga sulit punya anak, bahkan infeksi menyeluruh.


Bila kelainannya berupa miom, akibat yg dapat dirasakan adalah gangguan haid, gangguan berkemih & defekasi, atau benjolan di perut yg terus membesar. Endometriosis merupakan kelainan yg sangat erat dgn nyeri haid. Komplikasi yg bisa terjadi akibat endometriosis adalah nyeri haid hebat, jumlah darah haid yg banyak, benjolan perut akibat kista/ adenomiosis, & sulit punya anak yg salah satunya disebabkan kerusakan saluran telur.


4. Apakah yg harus dilakukan utk mengurangi/mengobati nyeri haid?
Dismenorea dapat dikurangi dgn mengubah pola hidup, olah raga cukup, & berhenti merokok. Suplementasi vitamin & mineral dapat membantu memperbaiki metabolisme tubuh sehingga ambang nyeri dapat meningkat. Bila dgn hal tersebut nyeri masih mengganggu, anti-nyeri, & obat-obatan hormonal dapat digunakan serta dapat dicoba menggunakan akupuntur/accupresure. Jika pada pemeriksaan ditemukan patologi/ kelainan organ kewanitaan, tindakan berupa pemberian antibiotik sampai pembedahan dapat dilakukan tergantung penyebabnya.


5. Bagaimana mencegahnya?
Olah raga cukup, pola diet & pola tidur yg seimbang, suplemen vitamin & mineral, gaya hidup sehat, menghindarkan infeksi menular seksual & keputihan. Terpenting adalah lakukan pengecekan berkala berupa papsmear & ultrasonografi utk deteksi dini kelainan organ kewanitaan.

Nah Ladies, meski terdengar menakutkan, nyatanya nyeri haid dapat dicegah dgn gaya hidup sehat. Jangan takut utk memulai dari sekarang ya. Kesehatan itu mahal harganya.

Oleh: dr. Liva Wijaya, SpOG
Tempat Praktik: Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran [sumber: triviaries]

Read More

Tuesday, 1 October 2013

Gudang

Cara Syetan Menelanjangi Wanita


Syetan sangat tidak suka kalau ada manusia yang taat kepada Allah. Karena itulah syetan selalu berusaha menggoda manusia agar tergelincir dari jalan Allah. Dalam menggoda manusia, syetan memiliki berbagai cara dan strategi. Dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su’). Setan seakan mengetahui kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah.
Salah satu sebab kehancuran umat manusia adalah karena hubungan lawan jenis yang tidak sah (zina). Dan sebelum terjadinya hubungan ini, biasanya didahului dengan saling memandang, saling tertarik, lalu saling bertemu, dan selanjutnya saling bermaksiat. Untuk menyukseskan terjadinya proses kemaksiatan inilah syetan berusaha melepaskan hijab atau pakaian muslimah. Lepasnya hijab muslimah merupakan jalan licin yang mudah menggelincirkan manusia dari ketaatan kepada Allah.
Berikut adalah tahap-tahap yang digunakan oleh syetan dalam melepas pakaian muslimah, membuat si wanita tidak memiliki rasa malu sama sekali.
Menghilangkan Definisi Hijab
Dalam tahap ini setan membisikkan kepada para wanita, bahwa pakaian apapun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekadar pakaian atau gaya hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar’i, pakaian dengan apa pun bentuk dan namanya tetap pakaian. Yang ada hanyalah budaya dalam berpakaian, atau berpakaian ala budaya tertentu.
Akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apapun yang mereka pakai. Inilah bahayanya ketika hijab dianggap sebagai budaya, berbeda halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahwa hijab adalah pakaian syar’i (identitas keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekadar mode (fashion). Hidup kapan pun, dan di mana pun, maka hijab syar’i tetap dipertahankan. Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka setan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya, bagaimana?
Pertama, Membuka Bagian Tangan
Telapak tangan mungkin sudah kebiasaannya terbuka, maka setan membisikkan kepada para wanita agar ada sedikit meningkatkan model yakni membuka bagian hasta (antara siku hingga telapak tangan). “Ah tidak apa-apa, kan masih pakai jilbab dan pakai baju panjang?” Begitu bisikan setan. Dan benar si wanita akhirnya memakai pakaian model baru yang menampakkan tangannya, dan ternyata para lelaki melihatnya juga seperti biasa saja. Maka setan berbisik, “Tuh, tidak apa-apa kan?”
Kedua, Membuka Leher dan Dada
Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah setan untuk membisikkan hal yang baru lagi. “Kini buka tangan sudah menjadi lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni angkatlah ujung jilbab yang menjulur ke bawah itu dan lilitkan ke leher. Atau angkat ujung jilbab dan letakkan di kepala.” Ketika seorang wanita menurutinya ada dua hal yang mulai terbuka, yakni leher bagian bawah dan dada bagian atas. Eit, tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekadar sedikit untuk mendapatkan hawa, agar tidak panas. Kata syetan, “Cobalah! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya sebagian kecil saja yang terbuka.”
Ketiga, Mempersempit ukuran pakaian
Syetan berbisik lagi, “Pakaianmu hanya gitu-gitu saja, kayak ndak punya selera aja?” Kemudian si wanita berpikir, “Tapi apa ya?” tuturnya. “Banyak kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih indah dipandang mata,” syetan memberi ide baru.
Maka tergodalah si wanita, dicarilah mode pakaian yang ketat dan kain yang tipis bahkan transparan. “Mungkin tak ada masalah, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan modenya saja yang agak berbeda, biar nampak lebih feminin,” begitu dia menambah. Walhasil pakaian tersebut akhirnya membudaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparan. Bahkan saking mininya pakaian itu kadang-kadang bagian pinggang atau perut terbuka, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita berpakaian tetapi telanjang.
Keempat, Celana panjang ketat
Setelah para wanita muslimah mengenakan pakaian yang ketat, maka syetan datang lagi. Dan sebagaimana biasanya dia menawarkan ide baru yang tampak trendy. Dibisiki wanita itu, “Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa tak sebaiknya dibelah sedikit ke atas? Dengan itu kamu akan lebih santai, lebih kelihatan lincah dan energik.” Lalu dicobalah ide baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai dari bagian bawah hingga lutut atau tak jarang yang diganti dengan celana panjang nan ketat. Ternyata benar, terasa lebih leluasa, terutama ketika akan duduk atau naik kendaraan. “Yah tersingkap sedikit tak apa-apalah, yang penting enjoy,” katanya.
Inilah tahapan awal syetan merusak kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh dan panjang, hanya mode, corak, potongan dan bahan saja yang dibuat berbeda dengan hijab syar’i yang sebenarnya. Maka kini mulailah syetan pada tahap berikutnya.
Membuka Sedikit Demi Sedikit
Keberhasilan pada tahap pertama membuat syetan melangkah lagi, dengan tipu daya lain yang lebih ‘gila-gilaan’, tujuannya agar para wanita menampakkan bagian aurat tubuhnya.
Pertama, Membuka Telapak Kaki dan Tumit
Syetan berbisik kepada para wanita, “Baju panjang benar-benar tidak nyaman, kalau hanya dengan membelah sedikit masih kurang leluasa, lebih baik kalau dipotong saja hingga atas mata kaki.” Ini baru agak longgar.
“Oh ada yang yang terlupa, kalau kamu pakai baju yang seperti itu, maka jilbab yang besar tidak seimbang lagi dengan pakaianmu, sekarang kamu cari jilbab yang kecil agar lebih serasi. Yang penting orang tetap menamakannya dengan jilbab.” Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini terburu-buru mencari mode pakaian yang dimaksudkan.
Kedua, Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis
Terbukanya telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang yang melihat juga tidak begitu ambil peduli. Maka syetan kembali berbisik, “Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak ada reaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang kampungan yang kolot. Kalau langkah kakimu masih kurang leluasa, maka cobalah kamu cari mode lain yang lebih menarik, bukankah kini banyak bawahan separuh betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu khawatir, hanya terlihat kira-kira 10 cm saja.”
Benar-benar bisikan syetan dan hawa nafsu telah menjadi penasihat pribadinya, sehingga apa saja yang dibisikkan syetan dalam jiwanya dia turutkan. Maka terbiasalah dia memakai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi.
Ketiga, Terbuka Seluruh Betis
Kini di mata si wanita, zaman benar-benar telah berubah, syetan telah berhasil membalikkan pandangan jernihnya. Terkadang si wanita berpikir, apakah ini tidak menyelisihi para wanita di masa Nabi dahulu. Namun bisikan syetan dan hawa nafsu menyahut, “Ah jelas tidak, kan sekarang zaman sudah berubah.”
“Tetapi, apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum lelaki?” pikir wanita. “Fitnah? Ah itu kan zaman dulu, di masa itu kaum lelaki tidak suka kalau wanita menampakkan auratnya, sehingga wanita-wanita mereka lebih banyak di rumah dan pakaian mereka sangat tertutup. Tapi sekarang sudah berbeda, kini kaum lelaki kalau melihat bagian tubuh wanita yang terbuka, malah senang dan mengatakan wow. Bukankah ini berarti sudah tidak ada lagi fitnah, karena sama-sama suka? Lihat saja mode pakaian di mana-mana, dari pasar malam hingga mall, semuanya memperagakan mode yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikutinya, akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman.”
Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis akhirnya menjadi kebiasaan, apalagi banyak orang yang memakainya. Sementara itu, yang mempermasalahkan sedikit sekali.
Kini tibalah saatnya setan melancarkan tahap terakhir dari tipu dayanya untuk melucuti hijab wanita.
Serba Mini
Setelah pakaian yang menampakkan betis menjadi pakaian sehari-hari dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan syetan yang lain. “Pakaian memerlukan variasi, jangan yang itu-itu saja, sekarang ini mode rok mini. Dan agar sepadan rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah.”
Maka akhirnya rok mini yang menampakkan bagian bawah paha dia pakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bagian punggungnya dan berbagai mode lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian untuk berpesta, bersosial, pakaian kerja, pakaian resmi, pakaian malam, petang, musim panas, musim sejuk dan lain-lain, semuanya telah dicoba.
Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh setan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia. Hingga suatu ketika, muncul ide untuk berjalan-jalan di kolam renang atau ke pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bagian yang paling sensitif saja yang ditutupi. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan ‘bikini’.
Karena semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan na’udzubillah bisikan syetan berhasil, tujuannya tercapai.”Selanjutnya terserah kamu wahai wanita, kalian semua sama, telanjang di hadapan lelaki lain, di tempat umum. Aku berlepas diri kalau nanti kelak kalian sama-sama di neraka. Aku hanya menunjukkan jalan, engkau sendiri yang melakukan itu semua, maka tanggung sendiri semua dosamu,” kata syetan yang tak ingin ikut menanggung risiko.
Penutup
Betapa halus cara yang digunakan setan, sehingga manusia terjerumus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama orang tua jika melihat gejala menyimpang pada anak-anak gadis kita sekecil apapun, segera secepatnya diambil tindakan. Jangan biarkan berlarut-larut, karena kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka akan menjadi sukar bagi kita untuk mengatasinya. Membiarkan mereka membuka aurat berarti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah. Kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyengsarakan baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bisshawab. 
Read More
Gudang

Perceraian kian meroket, kenapa?


Kementerian Agama (Kemenag) mencatat setiap tahunnya telah terjadi 212 ribu kasus perceraian di Indonesia. “Angka tersebut jauh meningkat dibanding 10 tahun yang lalu, yang jumlah angka perceraiannya hanya sekitar 50.000 per tahun,” kata Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Jakarta, Sabtu (14/9/2013). Nasaruddin sangat prihatin dengan tingginya angka perceraian tersebut. Apalagi, hampir 80 persen yang bercerai merupakan rumah tangga usia muda.
Untuk menekan angka ini, salah satu langkah jitu yang diambil pemerintah melalui  Kemenag adalah mengadakan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) dengan menunjuk Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai lembaga pelaksananya. Kursus ini diberikan kepada setiap calon pasangan yang akan melaksanakan pernikahan dengan tujuan agar memahami pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.
Materi kursus ini diberikan selama 24 jam pelajaran, meliputi tata-cara dan prosedur perkawinan, pengetahuan agama, peraturan perundang-undangan di bidang perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami istri, kesehatan reproduksi, manajemen keluarga dan psikologi perkawinan dan keluarga. Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Dirjen Bina Masyarakat (Bimas) Islam Kementrian Agama, Abdul Djamil bahwa pembekalan yang diberikan meliputi pemahaman bahwa pernikahan adalah bersatunya dua individu yang berbeda pikiran dan pandangan sehingga dibutuhkan saling pengertian dan kesabaran dalam menyikapi perbedaan tersebut.
Apa penyebabnya?
Jika ditelaah secara mendalam, setidaknya terdapat dua faktor yang menyebabkan tingkat perceraian kian meroket, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal, meliputi ketidaksiapan pasangan suami istri dalam menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, dan kurang pahamnya pasangan suami istri tentang hakikat tujuan pernikahan.
Tidak dipungkiri bahwa masih banyak pasangan suami istri (pasutri), ketika memasuki fase kehidupan baru rumah tangganya, penuh dengan bayangan seperti pernikahan Cinderella. Hidup penuh dengan kebahagiaan, kemesraan dan  kemapanan. Tetapi, ketika di tengah jalan ternyata ada batu kerikil,duri yang menghalangi atau bahkan badai masalah yang menerpa, mereka tidak punya kesiapan untuk tetap menjalaninya bersama. Bisa jadi itu masalah ekonomi berupa PHK, masalah  ketiadaan komunikasi yang mengakibatkan salah pengertian atau lainnya, hingga akhirnya berakhir dengan perceraian.
Selain itu, kurangnya pemahaman pasutri dalam memaknai tujuan pernikahan juga dapat menjadi pemicu meroketnya perceraian. Dalam pandangan Islam, tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan ketentraman (QS. Ar-Rum: 21) dan keturunan. Ketentraman ini akan tercapai jika masing-masing pihak mengerti dan melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik. Sehingga, kehidupan rumah tangganya berjalan dalam  suasana persahabatan. Penuh kasing sayang, saling menerima, memaafkan, sabar menghadapi perbedaan, menutupi kekurangannya, saling menasehati dalam kebaikan dan selalu berusaha memberi yang terbaik untuk pasangannya.     
Adapun faktor eksternalnya adalah sistem kehidupan kapitalistik yang serba bebas saat ini, sedikit banyak juga menjadi pendukung meroketnya perceraian di kalangan  pasutri. Tayangan sinetron dan infotainment dengan kehidupan hedonisnya telah memberi ‘inspirasi’ bagi para suami atau istri untuk mempraktekkan apa yang dilihatnya.
Di samping itu, merebaknya ide kesetaraan gender juga menjadi salah satu pemicunya. Ide ini telah banyak ‘melahirkan’ para istri yang berpenghasilan lebih tinggi dari suaminya. Kondisi ini tak jarang menjadikan ketaatan si istri terhadap suami terhapus, dan akhirnya berujung dengan perceraian.
Solusi
Fenomena perceraian yang terus meningkat ini tidak bisa dipandang hanya sebagai kasus sosial semata. Tetapi harus juga ditinjau berdasarkan pandangan hukum syara’, dimana pernikahan merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, apapun jika dilandasi pemahaman bahwa sesuatu itu merupakan ibadah kepada Allah Ta’ala, maka akan mendatangkan pahala yang luar biasa jika dijalani dengan baik. Dengan pemahaman ini, tidak akan mudah pasutri akan melepaskan tali pernikahannya.
Namun pun demikian, jika sampai pada kondisi tertentu hingga pada batas masing-masing wali dari keluarganya sudah memediasi tetapi tetap tidak mampu membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi, maka perceraian bisa menjadi satu-satunya solusi.
Artinya, pernikahan dan perceraian harus selalu dipandang berdasarkan hukum syara’, bukan hanya karena  kecewa, tidak cinta, ekonomi keluarga atau masalah-masalah yang sebenarnya masih bisa dicari solusinya. Untuk itu, cukuplah menjadikan Pernikahan Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti Jahsyi hendaknya dapat menjadi teladan. Mereka menikah karena landasan syar’iy, demikian pula saat mereka bercerai.
Berdasar hal inilah, bagi penulis,  jika pemerintah hanya mengandalkan Suscatin sebagai jurus jitu untuk menekan tingkat perceraian yang meroket ini, tidak akan efektif. Perlu upaya lain, berupa pembinaan keimanan dan pengetahuan akan hukum syara’ tentang pernikahan dan kehidupan berumah tangga kepada setiap pasangan yang akan menikah. Sehinggga pada masing-masing pihak muncul dorongan ruhiyah yang kuat untuk menjalani kehidupan berumah tangga bersama pasangannya.
Wallahu A’lam.
Read More

Wednesday, 25 September 2013

Gudang

Kisah Nyata: Wanita Ahli Syukur Di Sudut Yogjakarta



Sembilan tahun yang lalu diriku bertemu dengannya untuk yang pertama kali. Perkenalan ini terjadi karena suaminya adalah teman daurah suamiku di salah satu masjid di Yogjakarta. “Dik, besok kita silaturahmi ke rumah teman mas yang di Wukirsari ya,” kata suamiku suatu hari. “Insya Allah, tapi habis Ashar ya Mas,” jawabku sambil menyetrika pakaian yang masih menumpuk.
“Sudah siap Dik? Jangan lupa bawa oleh-oleh buat anak-anak mereka yang masih kecil-kecil,” ajak suamiku selepas dari masjid. “Ya tunggu sebentar Mas,” sahutku dari dalam dapur sambil memasukkan roti yang aku beli tadi pagi. Akhirnya kami pun berangkat dengan sepeda motor, setelah melewati beberapa desa dan persawahan yang mulai tampak menghijau, akhirnya kami pun sampai di depan rumah bambu yang kecil dan sederhana. Setelah bertanya pada seorang anak kecil yang sedang bermain di bawah pohon mangga di samping rumah itu, kami pun mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu yang sudah melapuk.
“Assalammu’alaikum,”.  Terdengar suara orang membuka pintu sambil menjawab, “Wa’alaikumussalam, Masya Allah Akh Farid, lama gak jumpa, gimana kabarnya,” sambil digenggamnya tangan suamiku dengan erat. “Nisa, Aisyah, ajak Tante masuk ke dalam ya, bilang sama Umi ada tamu,” kata lelaki itu pada kedua gadis kecil yang berdiri di dekatnya. “Baik Bi..,” jawab gadis kecil yang berusia sekitar 5 tahun sambil lari ke dalam, kemudian aku pun masuk mengikuti gadis yang lebih tua ke ruangan dalam.
Di belakang tirai bambu yang tergantung di tengah ruangan sebagai pemisah antara ruang tamu dan ruang dalam itu telah berdiri seorang perempuan kurus berpakaian sederhana dan berkerudung coklat yang sudah memudar warnanya, seperti kerudung kedua gadis kecilnya. Ia tersenyum ramah menyambutku. Dia memelukku seolah-olah kami sudah pernah bertemu. “Silakan masuk Dik, maaf saya tinggal sebentar ya,” katanya mempersilakan aku duduk di tikar berukuran 1×2 meter yang sudah mulai rusak sana sini terhampar dilantai tanah yang diratakan sambil menuju ke dapur.
Belum sempat saya menjawab, dia sudah datang dengan dua gelas air teh dan sepiring roti, oleh-oleh yang kami bawa. “Mari diminum,” katanya mempersilahkan. “Aisyah antar ini buat Abi sama Om ya,” katanya sambil menyodorkan sepering roti dan dua gelas teh yang lain. Nisa, yang dusuk dekat ibunya, setelah minum teh tiba-tiba berkata, “Umi, kenapa tehnya kok gak manis, Umi lupa kasih gula ya?,” tanyanya seolah mewakili rasa penasaranku juga saat meminum teh tadi. Ibunya tersenyum sambil mencubit pipi kurusnya, berkata, “Gulanya habis, tidak apa-apa ya sekarang minum teh pahit, nanti kalau Allah sudah memberi rezeki lag, kita beli gula biar tehnya manis kaya kamu, makanya kamu jangan lupa berdoa pada Allah ya.” Gadis kecil yang lucu itupun mengangguk, dengan suara lucu ia berdoa, “Ya Allah beri kami rejeki buat beli gula biar tehnya menjadi manis.” Akupun tersenyum sambil menyahut, “Aamiin,”.
Dalam hatiku sempat ada rasa malu, membandingkan keadaan diriku dengan dirinya, jauh rasanya. Kami kadang-kadang membuang teh manis hanya karena kami sudah tidak berkeinginan lagi meminumnya, dan saat tamu datangpun apa yang kami suguhkan terasa kurang pantas karena takut dianggap tidak mampu menjamu. Kejadian seperti ini mungkin sudah biasa terjadi dalam keseharian mereka, karena Hassan, ayah mereka hanya seorang tukang sablon di sebuah toko kecil yang penghasilannya tidak seberapa, dan Mbak Tien, begitu aku memanggilnya, menjahit kecil-kecilan di rumah, itupun dilakukan saat dia sehat. Karena yang saya tahu dari teman saya yang lain, dia memang sering terserang sakit perut yang hebat. Beberapa kali periksa ke Puskesmas, dokter menyarankan untuk memeriksa ke dokter spesialis kandungan, tetapi karena tidak adanya uang, maka itupun berlalu begitu saja. Setiap kali dia mengalami sakit, dia meminum beberapa butir habbatussauda yang dicampur dengan madu yang dia dapatkan dari seorang teman sebagai obat sunnah. Alhamdulillah dengan meminum itu sakitnya mulai berkurang.
Kembali lagi ke percakapan kami, dengan ditemani Nisa yang belajar menulis huruf ABC di sebuah kertas yang tampak lusuh, dan Aisyah juga sibuk mengerjakan soal matematika di kertas yang lain, seolah menjawab pertanyaan saya Mba Tien berkata, “Mereka sedang belajar, kami pakai sistem homeschooling, lebih murah dan alhamdulillah hasilnya juga lumayan. Saya sendiri yang mengajari mereka tiap sore.” Saya hanya mengangguk-angguk, tidak terbayang di jaman seperti ini masih ada orang yang tidak mampu sekolah walaupu setingkat sekolah dasar.
Tapi meskipun begitu, sepanjang kami mengobrol tidak sedikitpun dia menyinggung tentang pekerjaan kami, ataupun sekedar, mengungkapkan perasaan iri dengan keadaan orang-orang di sekitarnya. Dia hanya bercerita, “Rumah tangga adalah sarana untuk ibadah, kita sudah seharusnya selalu berpikir bagaimana dari dalam rumah kita terlahir hati-hati yang tulus yang senatiasa bersyukur pada Allah atas apapun yang telah Allah tetapkan.” “Rejeki, berapapun kita dapatkan adalah ketetapan Allah, jadi pandai-pandailah kita bersyukur, jangan terlalu membandingkan dengan teman-teman kita yang mungkin telah diberikan rejeki lebih,” lanjutnya sambil tersenyum.
Aku merasa malu dengan diriku sendiri, keadaanku yang tentunya jauh lebih baik dari dia, kadang merasa masih kurang segalanya. Bahkan kadang masih menuntut suamiku untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Dan tak jarang wajah ini cemberut melihat teman punya baju baru maupun peralatan baru, sementara aku tak memiliki atau mendapatkannya.
Sore itu aku pamit dan berterimakasih atas apa yang telah kami perbincangkan, satu pertemuan yang tidak pernah terlupakan, tak lupa kuselipkan uang seratus ribu ke tangan Nisa, “Ini adalah rejeki dari Allah yang dititipkan lewat Tante atas doa Nisa yang barusan,” kataku sambil tersenyum. “Terimakasih Tante,” jawabnya lucu.
Sembilan tahun telah berlalu, hari ini kami kembali bertemu, dia sudah pindah dari rumah lamanya, memang lebih baik dari rumah yang lama, tapi perabotan yang kulihat masihlah perabotan yang sama. Hanya sekarang ada dua kursi kayu yang sudah tua umurnya dan kayunya sudah mulai mengelupas, serta tempat duduknya sudah mulai tidak rata.
Kabar terakhir yang kami terima, sebulan yang lalu dia sakit lagi dan sempat dirawat di rumah sakit seminggu lamanya. Untuk biaya pengobatanpun beberapa teman mengumpulkan uang untuk membayar biaya rumah sakit. Juga karena kondisi keuangan, ada beberapa tes pemeriksaan yang terpaksa tidak dapat dijalaninya, sementara obat yang dibutuhkannya pun hanya mampu ditebus setengah dari resepnya.
Mendengar semua itu, pada saat aku mengetuk pintu, aku membayangkan sebuah wajah sedih yang akan penuh dengan keluh kesah dan hilang kesabaran akan keadaan hidupnya yang tidak berubah.
Tetapi apa yang kutemui saat dia membuka pintu, wajah kurus yang makin tampak kurus terlihat jelas dari balik kerudungnya, kerudung yang sama saat aku bertemu dengannya sembilan tahun yang lalu, tetap mampu mengembangkan senyum ramah dan penuh kedamaian yang sama. Saat aku bertanya bagaimana kondisi kesehatannya, sambil tersenyum dia berkata, “Alhamdulillah Allah mudahkan semuanya, meskipun belum sembuh benar sudah bisa aktivitas ringan.”
Padahal kulihat kelelahan yang sangat di wajahnya. Dengan kedamaian yang sama dia berujar lagi,”Alhamdulillah juga Allah telah menganugerahkan seorang suami yang sabar, senantiasa sabar merawat saya dan juga anak-anak yang penurut. Dan kami juga bersyukur, Aisyah sudah masuk pondo pesantren di Jawa Timur dan dapat predikat juara.”
Pelan kuusap airmata yang terasa mengambang di mataku, banyak hal yang harus kupelajari dari sosok kurus, sederhana, dan senantiasa bersyukur ini.
Penulis: Khadijah (dengan beberapa editan)
Read More

Thursday, 27 June 2013

Gudang

Salah Paham Tentang Hadis “Kebanyakan Penghuni Neraka Adalah Wanita”


Abdullah bin Abbas berkata, “Terjadi gerhana matahari… Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaksanakan shalat. Beliau berdiri lama sekali… selesai beliau shalat, matahari terlihat sudah muncul. Lalu beliau bersabda: ‘Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana lantaran kematian seseorang ataupun karena kelahirannya. Oleh sebab itu, apabila kalian melihat gerhana itu, maka ingatlah kepada Allah!’
Kaum Muslimin bertanya: ‘Wahai Rasulullah, kami melihatmu seakan-akan memetik sesuatu pada tempatmu ini. Kemudian kami melihatmu pula agak tertegun?’
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Aku melihat surga. Lalu aku mencoba memetik anggur darinya. Seandainya aku dapat mengambilnya, tentu kalian dapat memakannya selama dunia masih ada. Dan aku melihat neraka Aku sama sekali belum pernah melihat pemandangan yang lebih seram seperti yang aku lihat hari ini. Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah para wanita.’ Kaum muslimin bertanya: ‘Apa sebabnya, ya Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Sebab kekafiran mereka.’ Ada yang bertanya: ‘Apakah karena mereka mengkufuri Allah?’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Sebab mengkufuri kenikmatan berkeluarga dan kebaikan (orang kepadanya). Kalau engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang tahun, kemudian dia melihat satu kesalahan kecil padamu, maka akan dia berkata, “Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sama sekali.’” (HR Bukhari dan Muslim)[1]
 Dalam hadits ini ada dua hal yang patut kita bahas dan kita renungkan:
Pertama apa maksud hadits tersebut? Apakah wanita lebih banyak menghuni neraka karena kejahatan lebih dominan menguasai fitrah mereka, sementara pada diri laki-laki tidak demikian? Jika ternyata hal itu bukan hanya terdapat dalam diri wanita, tentu mereka tidak dimintai pertanggungjawaban karena berbuat kejahatan. Hadits tersebut menetapkan bahwa mereka bertanggungjawab terhadap apa yang mereka kerjakan dengan tangan mereka sendiri, seperti ketidakpatuhan mereka kepada keluarga/suami. Benar sekali apa yang dikatakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar berikut ini, “Dalam hadits Jabir terdapat dalil yang menunjukkan bahwa yang terlihat di dalam neraka itu adalah wanita-wanita yang memiliki sifat-sifat tercela seperti dalam hadits berikut:
‘Orang yang paling banyak aku lihat di dalamnya (neraka) dari kalangan wanita yang apabila diberi kepercayaan menyimpan rahasia, dia bocorkan; apabila diminta sesuatu kepadanya, dia bakhil; apabila mereka yang meminta, mereka ngotot dan minta banyak; serta apabila diberi, mereka tidak pandai berterima kasih.’”[2]
Hadits ini mengingatkan kita pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Aku lihat ke dalam surga, lalu aku lihat kebanyakan penghuninya dari kalangan fakir miskin.”[3]
Lantas apa yang membuat jumlah orang kaya di surga cenderung sedikit? Jawabannya tidak lain karena banyak di antara mereka yang melakukan kemaksiatan dengan ulah mereka sendiri, seperti mengambil harta haram, membelanjakannya untuk sesuatu yang haram, kikir, dan tidak mau menyumbangkannya pada jalan-jalan yang baik.
Kedua, manfaat apa yang dapat kita ambil sebagai umat Islam, baik laki-laki maupun wanita, dari hadits ini? Menurut hemat saya, manfaat terbesar yang dapat kita petik dari hadits ini adalah amalan atau upaya kita semua untuk menghindarkan diri dari api neraka. Tidak ada tujuan disebutkan neraka dan keadaannya kecuali untuk menghindarkan diri darinya.
Lalu bagaimana cara kaum wanita menghindarkan dirinya dari api neraka? Di antara caranya adalah dengan meninggalkan sikap durhaka terhadap keluarga/suami. Bagaimana pula caranya agar wanita dapat menjauhkan diri dari sikap durhaka terhadap keluarga tersebut? Jawabnya, mulailah melalui pendidikan dan pengarahan guna mempertebal rasa takwa dan taat kepada Allah di dalam hatinya. Kemudian dilakukan juga dengan mengingat pesan dan nasihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika mereka digoda oleh setan. Namun, jika ternyata mereka kalah, sehingga terjebak ke dalam perbuatan maksiat, maka mereka harus segera beristighfar (mohon ampunan dari Allah) dan memberikan sedekah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits berikut:
“Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian (dalam riwayat Muslim: ‘Dan perbanyaklah istighfar’), karena aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang terbanyak.” Kaum wanita bertanya, “Apa sebabnya, wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Karena kalian banyak mengutuk dan mengingkari budi baik suami.” (HR Bukhari dan Muslim)[4]
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dari hadits ini dapat diambil beberapa pelajaran, diantaranya: anjuran menyampaikan nasihat, sebab nasihat dapat menghilangkan sifat tercela tersebut serta sedekah itu dapat menghindarkan azab dan mungkin dapat juga menghapuskan dosa yang terjadi antara para makhluk.”[5]
Kemudian bagaimana pula kaum laki-laki menjaga dirinya dari api neraka? Caranya adalah dengan menghindari perbuatan-perbuatan yang haram dan menunaikan semua kewajibannya. Di antara kewajiban kaum laki-laki adalah memelihara ibu-ibu mereka, saudara-saudara perempuan, para istri, dan anak-anak perempuan mereka dengan baik. Di antaranya dengan menyediakan peluang yang cukup untuk memberi pelajaran dan nasihat yang berkesan serta ibadah yang dilakukan secara berjamaah, seperti shalat Jum’at, shalat dua hari raya, atau tarawih sehingga hati mereka dipenuhi oleh nilai-nilai iman dan takwa. Demikian pula halnya dengan memberikan peluang yang cukup agar mereka dapat mengerjakan amal saleh seperti bersedekah, beramar ma’ruf nahi munkar, serta mengajak manusia menuju kebaikan. Hal-hal seperti itu merupakan sifat kepemimpinan yang baik dan diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala  atas kaum laki-laki. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita …” (An Nisa’: 34)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (at-Tahrim: 6)
Juga termasuk kepemimpinan yang baik seperti apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau berikut:
“Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)[6]

[1] Bukhari, Kitab: Bab-bab gerhana, Bab: Shalat gerhana secara berjamaah, jilid 3, hlm. 194. Muslim, Kitab: Shalat istisqa’, Bab: Apa yang diperlihatkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika mengerjakan shalat gerhana, jilid 3, hlm. 33.
[2] Fathul Bari, jilid 3, hlm 196.
[3] Bukhari, Kitab: Kalimat-kalimat yang melunakkan hati, Bab: Keutamaan fakir, jilid 14, hlm. 57. Muslim, Kitab: Kalimat-kalimat yang melunakkan hati, Bab: Kebanyakan penghuni surga dari kalangan fakir miskin, jilid 8, hlm. 88.
[4] Bukhari, Kitab: Haidh, Bab: Wanita haidh meninggalkan puasa, jilid 1, hlm. 421. Muslim, Kitab: Iman, Bab: Keterangan mengenai berkurangnya iman bersamaan dengan berkurangnya ketaatan, jilid 1, hlm. 61.
[5] Fathul Bari, jilid 1, hlm. 422.
[6] Bukhari, Kitab: Hukum-hukum, Bab: Firman Allah “Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.” jilid 16, hlm. 229. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Keutamaan pemimpin yang adil, jilid 6, hlm. 8.
Read More

Monday, 24 June 2013

Gudang

Inilah Alasan Pria Ogah Menikah


Inilah alasan pria ogah menikah. Meskipun ada banyak wanita idaman yang bisa dicari di dunia ini, tapi ternyata banyak juga pria yang enggan mencari pasangan hidup. Apakah Anda pernah mengalami atau bahkan sedang menjalin hubungan asmara bersama pria yang sudah bersama dalam waktu yang lama tapi tak kunjung memberi sinyal akan melamar atau sekedar membicarakan masa depan yang lebih serius? Atau seringkali.. sang pria mengalihkan pembicaraan ketika Anda mulai membuka topik mengenai pernikahan dan sering mendapati wajahnya mendadak pucat saat Anda membicarakan 'anak kita nanti'. Hmm.. apa yang salah?

Rasanya wajar jika Anda (dan semua wanita) yang telah menjalin hubungan asmara dalam waktu yang lama menginginkan sebuah kepastian hubungan dalam bentuk komitmen yang legal, yaitu pernikahan. Sayangnya, sang pria tampak tak tertarik dengan komitmen tersebut. Menurut Tina B. Tessina, PhD, seorang psikoterapis dan penulis buku THE UNOFFICIAL GUIDE TO DATING AGAIN, ada lima alasan pria ogah menikah yang berarti  dekat-dekat dengan komitmen.

1. Banyak pria memiliki fantasi tentang hidup yang tanpa tanggung jawab dan bebas. Bagi mereka, komitmen berarti harus bertanggung jawab dan tumbuh makin dewasa, dua hal yang sangat tidak cocok dengan fantasi mereka. Jika sang pria mendapatkan apa yang dia inginkan dalam hubungan tanpa membuat komitmen, mereka akan semakin termotivasi untuk tidak berkomitmen. Bagi pria semacam ini, tak penting untuk membuat sebuah hubungan menjadi resmi dan legal.

2. Sekalipun telah bersama seorang wanita, kadang beberapa pria menyimpan rahasia mengenai Miss Right yang paling tepat untuknya. Ada seseorang yang masih dia harapkan untuk diraih, entah itu pacar di masa kecilnya, kekasih kakak laki-lakinya, bahkan.. istri temannya, oh boys.. Karena itulah sang pria rela menunggu waktu mendapatkan si Miss/Ms. Right dengan tidak dulu berkomitmen pada siapapun.

3. Pria sering memiliki impian mengenai seks yang mudah dan tanpa ikatan emosi. Jika mereka dengan mudah menemukan wanita yang bisa diajak mewujudkan impian itu setiap saat (dari iklan atau dengan kenalan mereka), mengapa harus berkomitmen dan hanya menikmati seks dengan satu wanita sepanjang hidup? Ew..

4. Para wanita lebih memiliki rasa emosional yang kuat untuk sebuah komitmen (karenanya Anda membaca artikel ini bukan?), sedangkan para pria tidak memiliki rasa sekuat itu. Keterbukaan emosi dan komitmen bukan hal yang mudah bagi pria, mereka seringkali terjebak untuk tidak tumbuh dewasa dan tidak melihat sebuah komitmen sebagai sesuatu yang menyenangkan.

5. Dan ada kemungkinan, sang pria mengalami hal yang menyakitkan pada hubungan sebelumnya, karena itu dia cemas untuk kembali membangun komitmen bersama wanita lain.

Sekarang anda sudah tahu alasan pria ogah menikah. Jika Anda berkencan dengan pria yang masuk ke dalam salah satu kategori ini, tidak perlu kehilangan harapan bahwa dia tidak akan pernah menyematkan cincin pernikahan di jari manis Anda. Menurut Tessina, Anda harus membuat si pria mengerti bahwa Anda serius menjalin hubungan dan berani mengambil risiko untuk mengakhiri hubungan jika si pria tidak bersedia untuk berkomitmen. [edimunawar]
Read More