Test Footer 1

Showing posts with label Remaja. Show all posts
Showing posts with label Remaja. Show all posts

Thursday 13 June 2013

Gudang

CINTA Vs NAFSU

Meskipun cinta dan nafsu tampak dua sisi dari dua mata uang yang sama, masing-masing memiliki aspek yang dikreditkan dan didiskreditkan. Kadang-kadang hubungan dimulai dengan cinta dan berakhir dengan nafsu dan sebaliknya.

Apa yang menurut anda lebih baik? berikut beberapa alasan baik dalam mendukung dan menjawab cinta dan nafsu yang dikutip boldsky.

1. Anda dapat mengatakan cinta lebih baik daripada nafsu. Dalam cinta Anda mengagumi kualitas orang tersebut. Tapi jika nafsu, Anda hanya tertarik pada penampilan fisik saja.

2. nafsu baik, dalam arti memungkinkan Anda untuk memenuhi keinginan fisik Anda tanpa ikatan emosional. Sedangkan jika Anda jatuh cinta, Anda berpikir hanya bisa memuaskan diri dengan pasangan Anda saja.

3. Cinta jauh lebih baik dalam arti Anda tertarik memiliki percakapan dengan orang. Hal ini memungkinkan Anda untuk mengenal satu sama lain lebih baik. Sedangkan jika Anda lebih kepada keintiman fisik, Anda tidak memiliki banyak waktu mengenal satu sama lain.

4. Dalam cinta dan nafsu, Anda lebih tertarik pada aspek-aspek psikologis dari seseorang daripada fisik. Tapi jika Anda hanya memiliki nafsu untuk orang lain, maka Anda jarang menjaga emosional Anda.

5. Tapi Anda tidak bisa merusak pentingnya nafsu dalam suatu hubungan baik. Bahkan nafsu baik karena hanya cinta spiritual tidak cukup untuk hubungan yang berkembang secara sehat. Anda perlu cinta dan nafsu untuk membua hubungan lengkap.

6. Jika hanya ada nafsu satu sama lain dalam sebuah hubungan maka tidak ada rasa aman. Pasangan Anda mungkin meninggalkan Anda tiba-tiba. Sedangkan cinta jauh lebih baik untuk rasa aman dalam suatu hubungan. Pasangan Anda lebih peduli perasaaan daripada tubuh Anda.

7. Cinta baik dalam banyak hal. Dalam cinta, Anda saling melengkapi. Anda membuat satu sama lain menjadi lebih baik. tapi, ini tidak pernah terjadi jika Anda hanya diisi dengan nafsu untuk pasangan Anda.

Read More
Gudang

Perempuan, Mengejar atau Dikejar Cinta?

Emansipasi seringkali dikaitkan dengan urusan cinta. Perempuan sekarang banyak yang mulai berpandangan "terbuka" dalam sebuah hubungan, termasuk mengekspresikan cinta. Tapi, benar nggak sih, perempuan menyatakan cinta lebih dulu termasuk emansipasi? Atau, emansipasi hanya digunakan sebagai kedok agresivitas?

"Aku mungkin masih berpikiran kolot. Tapi, menyatakan cinta lebih dulu masih kuanggap nggak wajar. Ini buatku berhubungan dengan harga diri. Sudah kodratnya laki-laki yang meminta, bukan sebaliknya. Tapi, kalau ada perempuan memilih menyatakan perasaan lebih dulu nggak masalah. Masing-masing punya alasan dan pandangan." (Galih, 21 tahun)

"Aku sendiri nggak akan pernah mau nyatain perasaanku ke calon pasangan. Udah resmi jadi pasangan aja aku masih gengsi bilang sayang. Aku lebih nyaman menunjukkannya lewat tindakan." (Kornet, 27 tahun)

"Memang rasanya aneh, tapi aku akhirnya lebih dulu bilang sayang ke pacarku sekarang. Pertama, aku merasa sudah dekat sekali dengannya. Kedua, keburu pindah kerja ke luar kota, jadi butuh kepastian. Nggak enak kan, ya, kalau digantung." (Yussie, 23 tahun)
Masing-masing permpuan memang punya alasan dan pandangan. Sah saja bila kamu menyatakan terlebih dulu. Ada juga kan, tipe laki-laki yang terlalu takut mengungkapkan isi hatinya. Mereka bisa jadi menunggu respon positif, memastikan perasaanmu dulu, sementara kebanyakan perempuan ingin sebuah kepastian.
Menurut Fuad Nashori, Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, ada dua tipe perempuan, terbuka (ekstrovert) dan tertutup ( introvert)> Perempuan ekstrovert cenderung bisa mengungkapkan perasaannya, terutama lewat tindakan. Tapi, tak jarang juga yang menyatakan dengan gamblang. Berkebalikan dengan perempuan introvert yang cenderung menyimoan sendiri apa yang ia rasakan pada seseorang. Jadi, pilihan menyatakan perasaan atau tidak juga bisa dikaitkan dengan sifat dasar perempuan.

Nah, bagaimana dengan perempuan yang berjuang mati-matian mendapatkan laki-laki? Semasa kuliah, teman saya mencintai laki-laki yang pada waktu itu sedah punya pacar. Karena laki-laki dan pacarnya saat itu termasuk populer di kampus, dia menahan perasaan karena merasa nggak mungkin bisa mendapatkan laki-laki itu.

Tapi usahanya nggak berhenti. Dia masih terus mencari informasi, sampai suatu saat dia mendapat kabar laki-laki itu putus dari kekasihnya. Dia pun bergerak cepat. Awalnya dengan kedok menghibur, lalu dalam 18 hari kedekatan mereka, teman saya memberanikan diri menyatakan perasaannya. Gayung bersambut, laki-laki itu menerima. Celakanya, dia cuman menjadikan teman saya sebagai pelarian sambil terus berusaha kembali ke mantan pacarnya. kalau kamu kira teman saya akan sakit hati dan memilih pergi, kamu salah. Teman saya masih dengan setia mendampingi laki-laki itu, walaupun dia tahu semua usaha yang dilakukan laki-laki itu untuk bisa mendekati mantannya lagi. Dia korbankan semua. Semuanya termasuk nggak diakui sebagai pacar di kampus karena takut hubungan itu diketahui mantannya.

Akhirnya, ketika laki-laki itu nggak mendapat respon positif dari sang mantan, apa yang dilakukannya? Kembali ke teman saya. Sebagian dari kita pasti akan menolaknya mentah-mentah. Dia menyia-nyiakan teman saya lalu kembali lagi ketika butuh tempat bersandar dan karena memang nggak punya kesempatan kembali ke mantannya lagi. Tapi nggak dengan teman saya yang mau menerima laki-laki itu. Dengan segala perjuangannya bersabar hingga meminta dukungan keluarga besar si laki-laki, teman saya berhasil mempertahankan laki-laki yang dia cintai, tapi dengan perasaan laki-laki itu pada teman saya. [edi munawar]
Read More
Gudang

HAMIL DULU, ANTARA PILIHAN, GAYA HIDUP, ATAU "KECELAKAAN"


"Saat SMA, beberapa teman dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan hamil," cerita Dika (23 tahun, SPA therapist).  Tujuh tahun lalu masih nggak habis pikir ya, masih asing. tapi zaman sudah beda. Aku sampai lupa berapa banyak temanku yang begitu. Beberapa jadi keluarga normal dan bahagia, tapi bebrapa juga gagal mempertahankan pernikahan yang dasarnya insiden itu." Ya, fenomena hamil lebih dulu, dulu memang sangat tabu dan jadi aib terbesar yang harus dihindari siapa pun. Dan kalau aib terbongkar, sama saja dengan rela mendapat label baru yang akan melekat selamanya, dari nggak bermoral, berbuat zinah, kurang perhatian, dan label lain yang negatif.


Ratri (24 tahun, programmer), saat itu harus putus sekolah karena kehamilannya, padahal tinggal mengikuti UAN sebagai syarat kelulusan SMA. "Aku dulu malu banget dan sempat mengasingkan diri sampai anakku berumur 2 tahun. Dari sana aku belajar banyak hal. Kalau dulu yang ada cuma nafsu, setelah itu aku harus berjuang, dari ikut ujian susulan, kuliah, sampai sekarang bisa bekerja." Ratri memang masih punya semangat yang tinggi untuk maju setelah "musibah" hamil lebih dulu itu datang, apalagi suaminya sangat mendukungnya.


Berbeda dengan teman SMA saya, Mutia (25 tahun, sales marketing). Hamil lebih dulu memang jadi pilihan aar mendapat restu menjalin hubungan dengan sang pacar. Sayang, bukannya restu yang didapat, tapi keluarganya malah makin benci dengan sang pacar. "Aku korbankan semua. Ketika hamil, aku pikir itu anugerah buatku, ternyata sebaliknya. Aku sempat kabur karena dilarang berhubungan lagi dengan pacarku. Setelah kembali ke rumah dan melahirkan, kadang aku masih curi-curi bertemu dengan pacar supaya anakku kenal dengan ayah kandungnya. Tiga tahun kemudian aku hamil lagi dengan orang yang sama karena pertemuan intens kami. Tapi, restu nggak juga kudapat. Sekarang buah cinta kami sudah dua, dan kami merasa seperti keluarga kecil normal lainnya. Terus sama-sama walaupun nggak tinggal satu rumah dan harus bertemu sembunyi-sembunyi," Mutia berbagi kisah.

Kasus lainnya dialami Pipit (27 tahun, tour operation staff), yang sama sekali nggak berpikir akan menikah muda sampai janin ada di perutnya. "Ini kecelakaan. Aku mabuk saat melakukannya, dan aku terpaksa menikah cuma untuk menyelamatkan nama keluargaku. Mungkin memang karena nggak dilakukan dengan perencanaan yang matang dan mentalku belum siap, kami akhirnya berpisah setelah 6 tahun bersama. Jujur, ini seperti impianku sejak dulu, jadi single mother. Aku menikmatinya, sih, walau kadang nggak tega dengan keluargaku yang sering jadi cibiran orang," papar Pipit.

Pandangan orang-orang yang mengalaminya langsung dengan melihat dari luar sudah pasti berbeda. "Tiap orang punya pilihan masing-masing dan kita, menerima atau nggak, wajib menghargai pailihan itu. Memang, hidup normal dan sewajarnya lebih nyaman, tapi banyak orang yang membutuhkan proses belajar itu. Artinya, harus jatuh dulu supaya tahu bagaimana harus bersikap." ujar Anti, mahasiswi pascasarjana psikologi di sebuah unir=versitas swasta. Anti berharap pemikiran orang lebih terbuka terhadap mereka yang mungkin orang terlihat mulai terbiasa dengan fenomenaitu, tapi tetap saja yang namanya hukum sosial itu akan terus ada, contohnya dalam bentuk cibiran, ejekan, sampai omongan dibelakang. Padahal, keluarga yang mengalaminya pasti juga merasakan saat-saat terberat dan butuh dukungan."

Terakhir, kami coba bertanya pada Kinas (26 tahun, ibu rumah tangga), yang juga hamil dulu sebelum resmi menikah dengan tunangannya, mengenai pelajaran apa yang diperolehnya dari kejadian itu. "Sumpah, berhubungan dengan pasangan lebih baik sewajarnya saja supaya nggak durhaka dan meraa sangat bersalah pada orang tua, terutama mama. Aku merasakannya saat proses melahirkan. rasa sakit yang laur biasa bersatu dengan penyesalan karena mengecewakan mama yang melahirkan aku dengan susah payah. Kenikmatan saat berhubungan intim sama sekali nggak ada artinya setelah benar-benar harus menanggung resiko dari nafsu sesaatmu itu."

Buat mereka semua yang pernah merasakan sensasi mengetahui kehamilan tanpa suami, hamil lebih dulu merupakan gaya hidup atau aib, sih? beberapa tertawa ketika mendengar pertanyaan ini, tapi Pipit langsung menyambar dengan jawaban spontan, "Berhubungan intim dengan pacar sih, bagian dari gaya hidup, tapi begitu hamil beneran jadi aib!" Setuju dengan Pipit, atau punya pandangan lain,?. [edi]
Read More

Sunday 2 June 2013

Gudang

Pacaran dan Motivasi

Tentu sudah sering kali kita mendengar atau bahkan mengalami yang namanya berpacaran, lantas benarkah berpacaran merupakan sebuah motivasi dalam kehidupan seorang pelajar dan mahasiswa(i)????
maka dengan alasan ini saya mengangkat fenomenal remaja saat ini yang didasari atas pengalaman
pribadi yang sempat menjalin cinta hampir 5 tahun tapi akhirnya kandas sebelum di Halalkan. Pantaskan anggapan yang mengatakan bahwa “pacarlah pembangkitsemangat dan motivasi seseorang”. Karena dengan berpacaran akan mampu meningkatkan keinginan untuk menyuguhkan yang terbaik buat sang kekasih, kata ini yang sering menjadi slogan para remaja yang tidak setuju, jika berpacaran berdampak buruk terhadap nilai ataupun kemajuannya dalam belajar.

Jika memang begitu kebenarannya tentang adanya pacar, lantas kurangkahkeberadaan orang tua, kenapa tidak begitu kuatnya keinginan untuk menyuguhkan yang terbaik buat orang tua, orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita semua, malah disuguhkan terhadap orang yang belum tentu menghargai kita yaitu sang kekasih. Ini yang kadang kurang dimengerti oleh sebagian kalangan remaja tentang berpacaran yang akan mampu menjadi sebuah motivasi terhadap kedupannya.

Padahal sebenarnya antara berpacaran dengan motivasi tidak ada hubungannya sama sekali, berpacaran ya berpacaran sedangkan motivasi ya motivasi, keduanya tidak bisa digabungkan atau dikaitkan, berpacaran yang notabennya merupakan sebuah ritual untuk lebih saling mengenal dan biasanya juga merupakan sebuah tradisi untuk penyalur hasrat para remaja yang menggebu-gebu. Sedangkan motivasi merupakan sebuah stimulus ataupun pendorong dalam pencapaian sesuatu bahkan pencapaian sebuah cita serta impian.

Jelas terlihat keduanya tidak bisa dikaitkan atau dihubungkan. Lantas adakah dampak yang tergolong positif dalam kalangan remaja umumnya ataupun pelajar pada khususnya jika sudah demikian. Tentu pasti ada hal-hal positif yang dapat diambil dari prosesi pacaran, dan bahkan selalu ada hal-hal positif yang terdapat dari sesuatu apapun, Cuma kadang keberadaannya kurang kita ketahui, semua tergantung cara pandang kita terhadap suatu hal ataupun permasalahan yang ada. Ini juga bukan suatu proses penghakiman tentang ketidak benaran suatu hubungan dalam kehidupan remaja (pacaran) ataupun membenarkan. semua pasti sudah tahu jawabannya masing-masing, dan juga sudah punya alasan yang sama-sama rasional. Ini Cuma sebagai perbandingan antara motivasi dan pacaran, benarkah keduanya ada kaitannya. Seperti yang sudah terpaparkan diatas bahwa keduanya itu terpisah, dan tidak bisa dikaitkan.

Yang patut ditekankan dan digaris bawaih dalam hal ini yaitu cara kita dalam menyikapi keduanya yang sering kali dikaitkan. Memang tidak jarang yang mengatakan dengan adanya tuntutan dari sang kekasih mampu merubah diri kita menjadi lebih baik, ini memang sering terjadi dalam kehidupan remaja, dengan alasan ingin membuktikan besarnya rasa cinta yang dimiliki. Ini jelas tidak salah dan tidak pantas untuk disalahkan, tapi patut disayangkan jika perubahan hanya karena orang lain (pacar), jika tidak didasari atas i’tikad diri sendiri untuk berubah. Karena banyak juga yang sudah bersusah payah untuk berubah menjadi lebih baik, hanya karena ingin tampil lebih sempurna dimata sang kekasih dengan mengikuti semua keinginannya, kemudian setelah hubungan itu berakhir kembali lagi pada masa lalu yang bahkan mungkin lebih buruk lagi. Setelah itu terjadi, maka keberadaan Tuhanpun dipertanyakan bahkan disalahkan, jika sudah seperti itu, apakah masih pantas merubah diri menjadi lebih baik karena orang lain (pacar)???  jika ujung-ujungnya hanya akan mengeluh dan menyalahkan Tuhan.

Sungguh ironis memang jika seperti itu masih dipertahankan bahkan diperjuangkan. Jelas ini semua tidak tepat jika dikatakan merupakan sebuah motivasi dalam kemajuan para pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa. Seperti yang sudah tertulis diatas, bahwa ini bukan merupakan proses penghakiman untuk menyalahkan adanya pacaran dalam realita remaja, hanya sebagai perbandingan atau lebih tepatnya ketidak setujuan tentang berpacaran yang dikaitkan dengan motivasi untuk meningkatkan belajar. Karena keduanya sangatlah berbeda konteks untuk disingkronkan. Karena jika kita berbicara sebuah motivasi tentu tidak akan pernah ada dampak yang negative dari itu semua, yang ada hanyalah semangat dan semangat untuk terus beruasaha dalam mewujudkan impian ataupun cita-cita. Dan sekali lagi berusahalah untuk berubah menjadi lebih baik dengan hati yang tulus, bukan karena mengharapkan sesuatu dari orang lain atau imbalan yang diberikan oleh orang lain (pacar), melainkan mengharapkan sebuah hasil yang lebih baik atas diri kita sendiri bukan pujian dari orang lain (kekasih). Karena itu tidak akan melahirkan apa-apa selain kecewa dan kecewa jika orang yang kita harapakan pujiannya tidak memberikannya pada perubahan kita. Al-hasil akan membuat kita kembali terpuruk dan kembali pada diri kita sebelumnya bahkan lebih buruk lagi.

Tentu ini bukan menyalahkan tentang keberadaan sang kekasih dalam kehidupan, tapi menyayangkan jika menghadirkan dalam sebuah motivasi untuk perubahan menjadi lebih baik. karena keberadaan sang kekasih bukanlah untuk sebagai motivasi, melainkan sebuah tempat kita kembali menuai semangat atas kegagalan yang menimpa kita untuk menjadi lebih baik, tempat kita mencurahkan cinta kasih kita dalam paduan mesra. Bukan untuk memotivasi diri kita. Lebih tepatnya untuk kembali merajut kegagalan menjadi sebuah semangat yang baru denngan kasih serta cinta yang ada. Hanya untuk melahirkan semangat yang mungkin luntur setelah kegagalan bukan untuk semangat atas kegagalan. Ya, mungkin tidak semua setuju dengan ini semua, terutama bagi yang mengatakan bahwa sang pacar (kekasih) merupakan sebuah motivasi atas kemajuannya. Ingatlah, itu bukan karena keberadaan sang kekasih, melainkan karena keberadaan cinta yang senantiasa masih ada dalam hati kita. Cinta pada kehidupan dan masa depan kita sendiri untuk sebuah kesuksesan. Karena sang kekasih hanyalah tempat kedua untuk kita kembali setelah Tuhan dalam menuai kasih serta do’a setelah kegagalan.

Dan motivasi itu ada dalam diri serta hati kita saat memupuk sebuah semangat untuk tetap ada disetiap usaha menuju perubahan menjadi lebih baik. jadilah diri kita sendiri yang lebih baik dan untuk diri kita sendiri juga, bukan karena orang lain, meskipun perubahan yang kita alami tidak menutup kemungkinan menciptakan sebuah manfaat bagi kehidupan orang lain. karena jika kekasih yang masih menuntut kita untuk menjadi lebih baik, berarti dia belum bisa mencintai dengan kebesaran hatinya untuk menerima apa adanya, melainkan memaksakan sesuatu yang ada pada diri orang lain untuk ada juga dalam diri kita, ya benar untuk menjadi orang lain. bukan cinta yang tulus jika itu masih ada dalam sebuah hubungan (pacaran) khususnya, karena ketulusan akan senantiasa menerima tentang apa yang ada, entah itu baik ataupun buruk, yang ada hanya kesempurnaan untuk dapat terlihat oleh kita atas apa yang ada pada diri sang kekasih. 



Read More