Berawal dari telepon seorang sahabat yang sangat dikagumi sekaligus sumber inspirasinya. Sahabat ini merupakan penyemangatnya untuk terus berbuat tanpa kenal lelah dan takut. Adalah Suraiya Kamaruzzaman yang meminta menghubungi dan meminta izin untuk mengirimkan biodata Kak Ama ke N-Peace.
“Saya kaget karena belum merasa pantas apa yang saya lakukan dipublikasikan malah diikutkan ke event dunia,” ujarnya saat dihubungi ATJEHPOSTcom. “Alhamdulillah saya sangat bahagia atas kabar tersebut,” katanya lagi.
Kak Ama tidak terlalu ngoyo dengan proses penilaian dan penjaringan suara ini. Dia teringat penggalan pengalaman sewaktu mengikuti seleksi Panitia Pengawas Pemilu (PANWASLU) untuk Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Sewaktu dinyatakan lulus menjadi anggota PANWASLU, ternyata ada dua orang yang disinyalir tidak senang. Kedua orang tersebut tidak hanya menyurati panitia seleksi tapi juga menyurat semua pejabat pemerintahan di Abdya; mulai dari bupati, Kepala DPRK bahkan wartawan.
“Isi suratnya bahwa orang cacat seperti saya tidak pantas menjadi PANWASLU karena tidak cakap dalam bekerja,” katanya.
“Ini merupakan sebuah tantangan buat saya, tidak hanya sampai di situ ketika saya mengikuti seleksi anggota KIP sebulan yang lalu masih ada juga yang komplain ke rumah sakit umum (hal ini saya ketahui dari dokternya langsung). Dia komplain kenapa bisa dokter mengeluarkan surat sehat jasmani dan rohani untuk orang cacat,” katanya.
Sedikitpun tidak ada kekhawatiran dengan intimidasi dan kritik demikian karena dia yakin bahwa hukum(UU) tidak memiliki satu ayatpun yang menyebutkan bahwa orang cacat sepertinya dibatasi hak-haknya. Menurut Kak Ama itu hanyalah sekelumit derita batin mungkin bagi orang-orang cacat seperti dirinya. Selanjutnya Kak Ama mengikhlaskan, berserah diri kepada Allah dan menyerahkan semua pada masyarakat luas, apakah memilih atau tidak,karena pilihan ada pada mereka semua
“Saya tidak punya pikiran harus menang, karena saya bukan dan belum apa-apa dibandingkan nominator-nominator yang lain. Mereka sudah berbuat lebih dari apa yang sudah saya lakukan. Sudah masuk dalam nominator saja saya sudah sangat bersyukur. Dari awal hanya memenuhi panggilan jiwa saja untu terlibat dalam memperjuangkan hak kaum saya dan tidak terpikir untuk mendapat penghargaan,” katanya.
“Alhamdulillah kalau saya mendapatkan award ini, mungkin bisa menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan dan penyandang cacat yang lain untuk terus bisa berbuat, berbuat dan berbuat, selagi hayat masih di kandung badan. Kita memang harus selalu menebar benih kebaikan. Tak perlu takut bila ada yang meremehkan karena sekecil apa pun yang kita kerjakan, pasti manfaatnya di rasakan oleh orang banyak. Yakinlah suatu saat akan di kenang, kalaupun tidak dikenang oleh manusia namun yakinlah pasti Allah akan memberikan ridho-Nya,” ujarnya.
Manusia wajib berusaha, apapun hasilnya harus kita terima dengan lapang dada. Demikian juga dengan penghargaan ini. Kak Ama menyatakan bahwa dia akan berusaha maksimal menyosialisasikan dirinya agar terpilih. Hal ini tidak lain sebagai wujud terimakasih atas kepercayaan sahabat yang selalu mendukung segenap usahanya, termasuk mencalonkan sebagai penerima N-PEACE Award ini.
“Kalau menang, Alhamdulillah ini merupakan anugrah ALLAH di antara anugerah-anugerah lain yang diberikan pada saya. Jelas sekali ke depan tanggung jawab di pundak saya semakin bertambah. Bukan hanya simbol penghargaan yang melekat pada saya tapi juga pertanggung-gjawaban moral atas penghargaan tersebut. Artinya saya harus bisa mengimplementasikan penghargaan itu ke masyarakat dalam arti kesungguhan kerja kemanusian yang selama ini saya lakukan, InsyaAllah”.
Menang dan kalah Kak Rahma menganggap hal itu sudah lumrah. Jika kali ini ia belum berhasil ia tetap optimis dan tetap menjadi seorang Rahmah Rusli yang terlahir cacat fisik.
“Tapi tidak cacat mental, saya tetap selalu siap membela kaum yang lemah dari kaum saya, hanya itu,” ujarnya.
Mari pilih Rahmah Rusli, perempuan hebat yang sepak terjangnya mengalahkan keistimewaan fisiknya. Untuk mendukung Rahmah Rusli vote di sini.[mR] ihn