Ismail Sloam besar dan tumbuh sebagai penganut Protestan. Ia rutin
menghadiri kebaktian di Gereja St. John Episcopal, Lynchburg, Virginia.
Hanya saja selama menjalani rutinitas itu muncul pertanyaan dipikirannya.
"Jika Yesus anak Tuhan mengapa ia mati disalib," ujarnya mengenang pemikirannya dulu.
Seiring bertambahnya usia, pertanyaan Sloam kian spesifik dan detail. Ia
pun tak ragu untuk bertanya langsung kepada guru sekolah minggu-nya.
Dengan jawaban yang diberikan, ia tak pernah merasa puas. Lalu, ia memberanikan diri bertanya kepada Uskup Mormon.
Pertanyaan demi pertanyaan mulai terlupakan sampai ia mengunjungi
Afganistan. Di negara itu, Sloam untuk kali pertama berinteraksi dengan
Muslim.
Ia sendiri tidak begitu paham tentang Islam.
"Saya mulai membaca dan mulai tertarik ketika Alquran punya jawaban atas pertanyaan dirinya," kata dia.
Dari Alquran, ia merasa banyak informasi yang lebih detail konsep
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Alquran juga
mengakui kitab-kitab sebelumnya.
Setelah kunjungan ke Afganistan, Sloam mulai mempelajari Islam. Ia
banyak membaca buku. Selama itu, banyak kejutan yang didapatnya, seperti
bahwa agama dan teknologi bisa berjalan beriringan.
Saat mempelajari Islam pula ia mengetahui bahwa agama itu menganjurkan
setiap Muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Cuma, satu hal penting yang mengejutkannya. Islam menyatakan Yesus
seorang manusia biasa. Demikian pula dengan Rasulullah Muhammad SAW,
yang juga manusia biasa.
Begitu juga Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi-nabi sebelumnya,
mereka manusia biasa. Mereka justru yang mengajarkan risalah ilahi.
Setelah mantap, Sloam mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia bersyukur
telah mendapatkan hidayah yang Maha Kuasa untuk menjadi Muslim. Alhamdulillah... | rol [mR]