Test Footer 1

Showing posts with label True Love. Show all posts
Showing posts with label True Love. Show all posts

Thursday 27 June 2013

Gudang

Ekspresikan Cinta Kita

Ketika putrinya masih kecil dan menderita sakit, seorang ayah menimang anaknya terus-menerus di malam hari. Si kecil terus saja terjaga. Satu-satunya cara menidurkannya dalah menggendongnya di bahu sambil berjalan mondar-mandir di kamar seraya mendendangkan lagu kesayangan denga lembut. Jika sang ayah berhenti menyanyi dan mencoba menurunkannya dari gendongan, si kecil serta-merta terbangun dan menangis lagi.
Semalam suntuk, sekitar delapan jam, sang ayah menggendong dan terus menyanyi. Alhamdulillah, deman si kecil menurun. Saat fajar menyingsing barulah si anak tertidur.
Tentu saja si ayah benar-benar letik. Punggungya sakit, kakinya pegal, tenggorokannya serak, kepalanya pening, sementara ia harus segera bekerja.
Beberapa tahun kemudian, si ayah menceritakan kejadian itu pada buah hatinya. Si anak bertanya, “Papa tidak kesal padaku saat itu?”
Si ayah terkejut mendengat pertanyaannya, karena perasaan itu tidak terlintas sedetik pun dalam hatinya. “Kesal padamu?”, si ayah balik bertanya.
“Sayang, papa tidak mampu mengungkapkan cinta padamu lebih dari itu! Kenangan indah itu tidak akan pernah papa lupakan,” lanjutnya.
Ditempat lain, seorang laki-laki tua tergeletak tak berdaya di sebuh kursi roda sebuah apartemen mewah. Ubannya sudah memenuhi kepala. Tubuh tinggi besarnya berbalutkan keriput yang tergurat begitu jelasnya. Nafasnya turun-naik. Seorang dokter perempuan berada disampingnya.
Si dokter menyadari takkan mampu memindahkan sang pasien ke atas sofa. Dia pun meminta bantuan seorang pemuda yang sedang membaca buku tak jauh dari tempat itu. Dari garis wajahnya, kemungkinan besar pemuda itu adalah anak lelaki si pasien.
Cukup mengagetkan. Sang pemuda itu seakan-akan mengangkat sebatang pohon. Dia melakukan pekerjaan itu nyaris tanpa ekspresi.
Dua kisah diatas adalah gambaran kecintaan orangtua kepada anaknya, dan kecintaan anak kepada orangtuanya. Ekspresi cinta yang tulus dan bersih dimiliki oleh orangtua, sedangkan ekspresi cinta terhadap orangtua sering kali terlalu sederhana.
Read More

Saturday 22 June 2013

Gudang

Pacaran Sehat Ala gudang CARE Part 2


Sobat, bagaiman dengan program pacaran sehat part 1? Sudah Anda jalani dengan baik? Jika sudah, sekarang saatnya menuju ke pacaran sehat bagian ke 2. Jika Anda belum membaca pacaran sehat gudang CARE part 1, sebaiknya baca terlebih dulu artikel itu.
Baik Anda pria maupun wanita, memiliki kewajiban yang sama untuk tetap menjaga agar pacaran tetap sehat. Pacaran ibaratkan sebuah tubuh yang harus dijaga kesehatan nya. Apabila tubuh itu sakit, maka harus segera disembuhkan. Sama halnya dengan pacaran. Jika pacaran itu sudah mulai mengalami gejala-gejala penyakit, sebaiknya temui dokter cinta yang bisa mengobati hubungan Anda.
Lalu, seperti apakah pacaran yang sehat itu? Kali ini solusi romansa akan memberikan resep rahasia pacaran sehat. Sebelumnya, jangan lupa untuk memberitahu sahabat Anda tentang artikel ini. Karena pasti akan sangat bermanfaat sekali.
Komitmen
Ini adalah pilar pertama yang harus Anda bangun sejak awal pacaran. Komitmen ibaratkan sevuah fondasi pada bangunan. Pacaran tanpa komitmen, bagaikan bangunan tanpa fondasi. Mudah roboh, retak dan hancur. Jelas, tanpa komitmen, pacaran sehat adalah jauh dari kenyataan. Komitmen dalam pacaran ini di dalamnya terdapat rule pacaran yang akan menyeimbangkan serta mengokohkan pacaran yang Anda jalin. Rule adalah aturan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Seperti apakah rule pacaran yang Anda buat? Itu tergantung prinsip dan keinginan Anda dalam menentukan.
Affection
Apa jadinya jika Anda berpacaran tanpa sayang-sayangan dengan pasangan Anda? Affection adalah simbol nyata dari kasih sayang Anda terhadap pacar Anda. Tunjukkan rasa sayang Anda pada pacar Anda dengan cara yang beragam. Contoh, “aku rasa, kata sayang buat kamu itu masih belum cukup.. kamu tuh lebih dari sekedar layak untuk disayangi..”. Hal-hal seperti itulah yang membuat pacaran menjadi sehat. Selain seru untuk dilakukan, Affection akan saling mempererat rasa cinta Anda pada pacar Anda.
Seks / sex
Semua manusia di dunia ini memiliki kebutuhan seksual. Dan hal ini haruslah dimanifestasikan di dalam sebuah hubungan demi membentuk pacaran sehat. Seks di sini bukan hanya diartikan ke dalam seks yang berkonotasi negatif saja. Sentuhan seperti berpelukan dan saling rangkul adalah bentuk kegiatan seksual. Seks adalah pilar ketiga yang terpenting dalam rantai elemn pacaran sehat.
Pacaran sehat ala solusi romansa adalah pacaran yang menggenapi tiga pilar di atas. Jika Anda tidak menggenapi tiga elemen itu, maka pacaran Anda kemungkinan masuk ke dalam kategori pacaran yang tidak sehat.
Pacaran hanya seks saja, tanpa komitmen dan affection, sudah jelas Anda hanya pasangan “pemuas” saja.  Pacaran Hanya komitmen semata tanpa affection dan seks, maka kebutuhan batin dan raga Anda tidak terpenuhi. Maka, untuk membentuk pacaran yang sehat, Anda dari sejak awal haruslah membentuk 3 pilar itu. Sekarang Anda sudah siap untuk menjalani pacaran sehat ala gudang CARE.
Selamat bersenang-senang, sobat! Sekian [edi munawar]
Read More

Tuesday 11 June 2013

Gudang

Aktivitas yang Menyuburkan Cinta Kasih Pasangan Suami Istri


Pasangan suami-istri haruslah mampu menjaga perasaan cinta dan senantiasa memupuk kasih sayang diantara mereka. Jika hal ini tidak bisa dilakukan bolehjadi hubungan akan menjadi gersang dan mungkin saja ikatan pernikahan bisa terlepas. Na’udzubillahi min dzalik! Ada banyak cara untuk menyuburkan cinta kasih dengan pasangan kita.

1. Mengobrol bersama pasangan
Mengobrol adalah aktivitas yang sederhana dan sangat mudah dilakukan. Jangan menyepelekan obrolan bersama pasangan. Mengobrol bisa mengurangi ketegangan jiwa, dan membuat suasana kelembutan hati. Berbagai tumpukan permasalahan akan terurai dan endapan perasaan yang menggumpal di dada, akan terurai dan melarut dalam suasana obrolan yang nyaman.

Bagi pasangan yang super sibuk, bisa menyepakati waktu tertentu untuk bisa bertemu fisik dan mengobrol bersama pasangan. Mungkin saja tengah malam, mungkin pula menjelang subuh. Suami dan isteri harus menyediakan waktu dan kesempatan yang memadai untuk bisa mengobrol berdua. Tidak cukup melalui telepon, SMS, BBM, email dan teknologi lainnya. Mengobrol dan bertemu langsung adalah sebuah kebutuhan psikologis bagi suami dan isteri. Maka mengobrol harus dijadikan sebagai kebiasaan yang mengasyikkan dan dirindukan.

2. Sentuhan fisik yang ringan dan lembut
Aktivitas memeluk, membelai, menggandeng tangan adalah contoh sentuhan fisik yang sangat dalam maknanya. Tanpa harus berkata-kata, cukup memeluk saja, itu sudah memberikan banyak pesan yang lebih luas daripada kata-kata. Sentuhan fisik termasuk salah satu sarana komunikasi nonverbal yang sangat efektif. Komunikasi tidak selalu dalam bentuk obrolan panjang atau diskusi yang akademik, namun sentuhan telah memberikan berbagai pesan yang sangat dalam.

3. Memberikan perhatian melalui berbagai sarana
Perhatian suami kepada isteri –dan sebaliknya—bisa­ diwujudkan dalam berbagai bentuk dan sarana. Saat suami berkemas hendak berangkat kerja, isteri bisa menunjukkan perhatian dengan memberikan bantuan, atau sekedar mengingatkan, apakah ada perlengkapan yang ketinggalan. Saat isteri berdandan, suami bisa memberikan perhatian dlam bentuk memuji penampilannya atau menyarankan suatu penampilan tertentu yang lebih menarik.
Perhatian juga bisa ditunjukkan melalui teknologi. Misalnya mengirim pertanyaan dan ingatan melalui SMS atau BBM, “Pa, jangan lupa obatnya diminum siang ini jam 13.00”. Atau ungkapan, “Mama jangan lupa makan siang ya, biar tetap sehat dan fit”. Telepon juga merupakan bentuk perhatian. Walaupun terpisah jarak dan waktu karena tugas, tetap ada perhatian melalui bantuan teknologi.

4. Menyampaikan cerita dan informasi
Kebiasaan ringan lainnya yang bisa menguatkan keharmonisan keluarga adalah menyampaikan cerita dan informasi kepada pasangan. Misalnya suami yang akan mendapatkan tugas dari kantor untuk kunjungan ke luar daerah, bisa menceritakan dan menginformasika­n rencana tugas tersebut kepada isteri. Dengan demikian, isteri merasa dilibatkan dalam tugas suami sejak awal, dan membuatnya merasa mendapat kepercayaan serta perhatian.

Demikian pula seorang isteri bisa menyampaikan cerita tentang apa yang dilakukan seharian bersama anak-anak di rumah. Cerita dan informasi ringan seputar aktivitas rutin sehari-hari di tempat kerja, di rumah, di masyarakat, yang disampaikan kepada pasangan, merupakan bagian dari kebiasaan yang menguatkan cinta kasih antara suami dan isteri. Masing-masing merasakan adanya keterbukaan dan kejujuran melalui cerita dan informasi yang mengalir setiap hari. [edi]
Read More

Tuesday 28 May 2013

Gudang

Mengapa Aku Harus Menikahimu?

Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan “dia bukanlah orangnya!”
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku. 
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan “mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!”.
  1. Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, “apa yang salah dengan itu?”) pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.
  2. Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur’an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.
  3. Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan “jangan marah, jangan marah, jangan marah”, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??
Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:
  • Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
  • Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
  • Mudah memaafkan, tidak mudah marah
  • Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:
  • Mencitai Allah lebih dari segalanya
  • Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
  • Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
  • Dapat mengontrol kemarahan
  • Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari’at Islam.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)
Read More
Gudang

Kisah Nyata Malam Pesta Seorang Pengantin Wanita Muslimah


Kisah Nyata Malam Pesta Seorang Pengantin Wanita Muslimah
Ilustrasi
BismillahirrRahmanirRahim, Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.
“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”
Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!
Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu !
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama. SubhanAllah…
Read More

Wednesday 8 May 2013

Gudang

Indahnya Poligami ” Poligami Indah Sesuai Sunnah “

Pengantar Redaksi Gudangcare:

Banyak wanita mempertanyakan buruknya praktik ta’addud (poligami) dalam Islam. Mereka kemudian menolak keras poligami dengan alasan menyakiti wanita. Penolakan ini bahkan merembet hingga menggugat syariat, menganggap syariat tak lagi memberikan keadilan. Dengan gelap mata, penafsiran ajaran agama selama ini divonis hanya memihak kaum laki-laki, serta dituduh dipahami secara tekstual dan parsial.

Alhasil, wanita boleh meradang ketika suaminya menikah lagi. Lantas, kenapa banyak wanita yang dibiarkan jadi selingkuhan pria beristri? Mengapa pula banyak wanita yang dengan sukacita jadi “istri” simpanan demi seonggok materi? Dan mengapa tak sedikit istri yang lebih senang suaminya “jajan” atau selingkuh ketimbang kawin lagi, (lagi-lagi) dengan alasan materi—takut harta suami direbut madunya, warisan suami akan terbagi, dsb? Alasan menyakiti wanita pun kian abu-abu.

Tanpa pernikahan resmi, biaya sosial yang muncul jelas sangat besar. Jika seks bebas dan perselingkuhan dibiarkan, siapa yang paling merasakan akibatnya? Siapa yang menanggung jika terjadi penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS) akibat gonta-ganti pasangan di luar nikah? Ujung-ujungnya, yang jadi korban atau setidaknya objek seks adalah perempuan. Lantas, mengapa poligami yang merupakan wujud tanggung jawab seorang pria untuk menikahi wanita secara terhormat justru dikesankan demikian seram?

Memang, dalam praktiknya banyak orang yang “mau cari enaknya” ketika berpoligami, mencari “daun muda” lantas menelantarkan istri pertama. Alhasil, kebanyakan kita cenderung memandang dari realitas yang ada bahwa mengamalkan poligami hanya akan menciptakan kekerasan terhadap perempuan, dsb. Jika ditelisik, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bukanlah soal poligaminya.

Di rumah tangga monogami sekarang, juga marak KDRT. Apakah dengan itu kita lantas menyalahkan monogami, kemudian dengan alasan kontekstual menganjurkan hidup membujang? Kalau begitu, mengapa poligami yang dituding merusak hubungan rumah tangga? Bukankah perselingkuhan dan perzinaan itu yang menyebabkan rusaknya rumah tangga? Intinya memang bukan monogami atau poligaminya, tetapi lebih ke pelaku. Analoginya, ada orang shalat namun masih bermaksiat, orang berjilbab tetapi tidak beradab, dst. Apakah (lagi-lagi) dengan alasan kontekstual kita lantas menggugat shalat, jilbab, dsb?

Maka dari itu, kita semestinya lebih mendalami ajaran agama agar tidak salah memahami, bisa bersikap positif terhadap syariat Allah Subhanahu wata’ala dan kepada mereka yang telah mengamalkannya. Apalagi kesuksesan atau kegagalan berumah tangga adalah hal lumrah. Monogami sekalipun, jika persiapannya asalasalan, hasilnya juga tidak akan baik. Oleh karena itu, jika pada kehidupan poligami terjadi “kegagalan”, kita bisa bersikap bijak dengan tidak mudah menyalahkan poligaminya. Yang harus kita pupuk adalah kesiapan ilmu dalam membina rumah tangga.

Ketika seorang pria hendak berpoligami, dia harus memahami syariat ta’addud (poligami) secara benar agar bisa mempraktikkan secara benar pula. Dalam kehidupan poligami, laki-laki tentu akan lebih “dipusingkan”. Ia dituntut menjadi nakhoda yang baik bagi beberapa bahtera. Bagi lelaki yang bertanggung jawab dan bagus dalam praktik poligami, waktu lebih yang ia luangkan, materi lebih yang ia keluarkan, serta tenaga dan pikiran lebih yang ia curahkan, sejatinya tak sebanding dengan “kenikmatan” yang ia dapatkan. Lebih-lebih, jika ia benar-benar menikahi wanita-wanita yang secara logika “tidak menguntungkan” untuk dijadikan istri, seperti janda miskin beranak banyak.

Akhirnya, kebesaran jiwa seorang istri juga dibutuhkan di sini. Wanita tidak perlu takut kebahagiaannya akan berkurang kala suaminya menikah lagi. Bahkan, semestinya seorang wanita salehah akan bertambah bahagia kala ia..........? edi munawar
Read More

Tuesday 16 April 2013

Gudang

Kisah Lelaki Ikhlas ...


Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Ada seorang shalih, ahli ibadah, aktif berdakwah di lingkungannya sehingga banyak membawa perubahan. Dia beramal dengan penuh keiklasan, tanpa mengharap balasan apapun selain dari Allah. Tidak mengharapkan kenikmatan dunia, popularitas, pujian, dan segala bentuk publikasi mengenai dirinya. Dia sangat mahir berceramah. Setiap orang yang me...ngikuti pengajiannya selalu larut dalam pembahasannya. Tidak lama berselang namanya telah begitu dikenal luas sebagai ustadz muda yang disenangi.

Namun ketenaran dan keberhasilannya tidak membuat dirinya besar kepala, dia tetap tawadhu’ dan mengembalikan semua keberhasilannya semata-mata karena Allah. Dilingkungannya dia dikenal sebagai orang yang santun dan berakhlak mulia. Setiap bertemu orang dia selalu tersenyum dan menyapa. Tidak ada orang di komplek yang tidak mengenalnya.

Ustadz muda tersebut bernama Abid. Dia masih muda dan ganteng. Dia juga telah memiliki usaha dengan penghasilan cukup sehingga telah memiliki rumah di kompleks tersebut dan sebuah motor, walaupun belum menikah. Abid merupakan sosok muslim teladan.

Sebagaimana biasa setiap jam 4 pagi Abid selalu ke masjid. Sebelum subuh dia menunaikan qiyamullail terlebih dahulu. Pada suatu pagi, ketika Abid hendak menuju masjid, tiba-tiba didengarnya suara jeritan dari sebuah rumah. Demi mendengar suara tersebut, Abid mengurungkan langkahnya ke masjid dan segera mendatangi suara tersebut. Dia masuk ke dalam rumah dan matanya terbelalak, ternyata dilihatnya seorang wanita tanpa sehelai benangpun dengan berlumuran darah, ada di hadapannya. Begitu melihat Abid, wanita tersebut langsung memeluk Abid. “Tolonglah aku Abid, Aku habis diperkosa dan dianiaya oleh tiga orang penjahat.

Mereka telah kabur, Tolong Aku!….Tolonglah Aku!” suara wanita itu dengan rintihan penuh iba. Si Abid segera memeluk wanita itu, sehingga bajunya yang putih bersih penuh dengan lumuran darah. Begitu sadar melihat wanita itu dalam keadaan telanjang bulat Abid segera membuka bajunya dan ditutupkan pada badan wanita itu. Namun Abid terhenyak, “Astahfirullahal Adhiim” Abid segera melepaskan pelukan wanita itu, “Aku telah berbuat dosa. Aku telah memeluk wanita yang bukan muhrim” Abid segera berbalik dan ingin meninggalkan wanita itu. Maksudnya dia ingin memanggil orang lain dan menolong bersama-sama. Namun wanita itu karena kondisinya sangat kritis, dia menarik tangan Abid. “Jangan lepaskan aku, Tolonglah Aku!” wanita itu merengek.

Abid tetap melepaskan pegangan wanita itu dan lari ke arah pintu. Wanita itu mengejar sehingga baju Abid yang menutupi badannya terlepas dan berserak di lantai. Wanita itu meraih sarung Abid dan karena eratnya pegangan wanita itu, sarung Abid terlepas. Pada saat yang bersamaan, pintu terbuka dan muncullah para tetangga tepat di depan Abid.Paratetangga, sempat melihat sedikit adegan tarik menarik tersebut. Begitu dilihatnya Abid dalam kondisi hanya mengenakan celana dalam dengan seorang wanita telanjang bulat, mereka langsung menyimpulkan bahwa abid baru saja melakukan hubungan intim. Maka bogem mentahpun diarahkan ke Abid.Parawarga pun berdatangan. Melihat kejadian itu mereka marah dan menggelandang Abid menuju masjid dalam keadaan hanya mengenakan celana dalam. Sementara itu, si wanita dalam keadaan pingsan dilarikan ke rumah sakit. Namun karena luka yang cukup parah tidak lama setelah itu dalam perjalanan wanita itu menghembuskan nafas terakhir.

Tersiarlah berita heboh di koran-koran “Seorang Ustadz membunuh janda teman selingkuh karena meminta pertanggungjawaban” Masyarakatpun heboh. Orang-orang hampir tidak percaya Abid yang begitu alim bisa melakukan perbuatan seperti itu.
Berita itu tersiar ke mana-mana. Tidak mau ketinggalan stasiun TV-pun berduyun-duyun menurunkan liputan ‘Abid’ untuk tayangan semacam Investigasi, Jejak Kasus, dan sejenisnya. Berita itupun tersebar secara nasional. Masyarakat yang marah telah menjarah dan merusak rumah Abid beserta semua harta benda miliknya. Abid tidak punya apa-apa dan siapa-siapa lagi. Bahkan teman-teman dan saudara-saudaranyapun menjauhinya. Abid telah divonis sebagai orang yang paling jahat. Kalau dulu banyak muslimah mendambakannya dan bapak-bapak mengharapkan untuk menjadikannya menantu, sekarang boro-boro, mendengar namanyapun sudah segudang sumpah serapah ditujukan kepadanya.

Abid telah kehilangan seluruh masa depannya.

Abid tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Masyarakat tidak mau mendengar pembelaan Abid. Bahkan polisipun tidak mau mendengar. Di hadapan polisi Abid menghadapi perlakuan yang sangat tidak manusiawi. Dia disiksa habis-habisan fisik dan mental karena tidak mau mengakui perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Abid tetap bersikukuh tidak mau mengakui perbuatan itu. Abid telah mencoba menghubungi temannya yang pengacara, namun tidak mampu menolongnya karena bukti-bukti dan kesaksian telah kuat. 

Walaupun sebenarnya jika polisi mau mengembangkan penyelidikannya misalnya dengan melakukan pengecekan bekas sperma, dapat meringankan Abid. Namun semua itu tidak dipedulikan polisi. Maka rekonstruksipun dilakukan. Dihadapan tatapan orang-orang yang dicintainya dan di bawah sorotan kamera TV, Abid dipaksa untuk merekonstruksi perbuatan yang tidak pernah dikerjakannya. BAP segera dibuat dan perkara disidangkan. Hakim memutus 7 tahun penjara atas perkara pembunuhan dan pemerkosaan. Sejak saat itu Abid meringkuk di Rumah Tahanan (rutan).

Namun apakah dengan kondisi ini Abid lantas putus asa? Ternyata tidak.
Abid memang benar-benar seorang abid mukhlis (ahli ibadah yang ikhlas). Dengan penuh keikhlasan dijalaninya semua kekejian tersebut. Dia tidak pernah menyesali nasib, tidak pernah protes, tidak pernah mengeluh. Abid tetap tegar.

 Keikhlasan dan keyakinan akan balasan Allah telah berhasil mengatasi ujian yang menimpanya. Di penjara dia memulai episode baru. Lahan dakwah tidak hanya di masyarakat saja. Abid menjadi da’i di penjara. Di depan para narapidana Abid mengingatkan bahwa masa lalu tidak boleh menghalangi kita untuk memperbaiki diri. Tidak beselang begitu lama banyak narapidana telah menjadi binaannya. Abid menjadi ustadz di Masjid LP. Setiap ceramahnya selalu dipenuhi para narapidana. Banyak narapidana yang akhirnya bertobat dan menjadi shalih semenjak kedatangan Abid. Sampai-sampai penjara seolah telah berubah menjadi pesantren.

Tiga tahun telah berlalu, karena perilaku Abid yang baik di penjara, setiap tanggal 17 Agustus Abid mendapat remisi. Dan pada tanggal 17 Agustus tahun ini Abid mendapat pembebasan hukuman. Hukuman yang seharusnya dijalani 7 tahun hanya dijalani 3 tahun. Seisi LP bersedih mendengar Abid akan meninggalkan mereka. Abid pun berat, dia ingin tetap berada di samping para binaannya yang jumlahnya nyaris satu LP.

Sedangkan di luar mungkin tidak ada lagi orang yang masih mempercayainya. Namun apa boleh buat. Keputusan mesti ditaatinya. Abidpun mempersiapkan diri untuk menjalani pembebasannya. Isak tangis dan haru menghiasi perpisahan Abid. Akhirnya Abid dengan langkah berat meninggalkan penjara, dia bingung mau kemana.

Tepat tanggal 17 Agustus pagi-pagi Abid telah bersiap melangkahkan kaki meninggalkan LP yang meninggalkan kenangan manis dalam hidupnya. Ketika dia hendak menyeberang jalan di depan LP sebuah truk dengan kecepatan tinggi menyeruduknya. Abid pun terkapar tak sadarkan diri. Abid menghembuskan nafas terakhir dengan iringan ucapan “Laa ilaha illallah” Sang bidadari sudah tidak sabar menunggu kehadiran Abid.

bukankah pahala yang paling didambakan orang yang ikhlas adalah syurga.

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....
Read More
Gudang

SENYUM INDAH SANG BIDADARI ... (Kisah Nyata Menyentuh)



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... 
"Bunda, puasa itu wajib ya? Kata bu guru Ila, puasa itu wajib buat semua muslim," tanya Nabila sepulang sekolah. "Ila juga mau ikutan puasa ah, supa...ya dapat pahala dan masuk syurga," lanjutnya.

"Ila mau masuk syurga, Nda. Ila mau jumpa Allah," ia masih melanjutkan kalimat penuh antusias dari bibir mungilnya. "Kalau Ila masuk syurga, Ila bisa jumpa ayah ya, Nda? Tapi nanti siapa yang jagain Bunda?"

Aku hanya tersenyum mendengar celotehannya, seperti biasa ia akan terus berceloteh riang tanpa henti. "Iya sayang, jadi Ila juga mesti belajar puasa dari sekarang ya, supaya Allah makin sayang sama Ila," sahutku bahagia mendengar semangat putri kecilku itu.

Ketika mengantarnya tidur, ia kembali mengingatkan untuk membangunkannya saat sahur nanti. Ia berbisik di telingaku saat aku mengecup keningnya di tempat tidur, "Nda, kalau besok Ila puasa penuh, do'ain Ila cepat jumpa ama Allah ya," pintanya polos.

Deg! Ada perasaan lain menyergapku. Ah, segera kutepis rasa aneh itu. Seharusnya aku bersyukur ia tidak seperti teman-teman sebayanya yang sulit diajak belajar berpuasa. Aku mengiyakan dan hanya mengangguk dalam diam, ribuan syukur kupanjatkan padaNya karena telah menganugerahkanku seorang putri kecil yang luar biasa.

Di sepertiga terakhir malamku, kembali kutumpahkan airmata kesyukuran atas karuniaNya memberiku Nabila di sebuah episode kehidupanku. Kuhiba segunung pinta agar Dia selalu menjaganya di tiap desah nafas yang Ia berikan. Tiada lain yang kuinginkan selain menjadikan putriku seorang wanita shalihah bidadariMU di dunia.

Nabila terlihat begitu bersemangat menyantap sahurnya. Ia mengambil sayur yang biasa enggan disentuhnya tanpa kuminta. Benar-benar sahur pertama yang begitu berkesan bagiku, sama seperti sahur pertama beberapa tahun lalu saat aku merasakan berpuasa pertama dengan status baruku sebagai seorang istri dari lelaki pilihan yang dipilihkanNya.

Pagi ini, sebelum mengantar Nabila ke sekolah, kusempatkan mampir ke toko peralatan kue untuk membeli beberapa bahan yang kubutuhkan. Kuajak Nabila turun dan kugandeng ia masuk ke dalam toko. Aku sibuk memilih beberapa bahan hingga tak sadar bahwa Nabila tak lagi di sampingku.

Tiba-tiba kudengar beberapa wanita menjerit dan orang-orang berlarian di luar toko. Aku tersadar Nabila tak ada di dekatku. Aku panik dan ikut berlari ke luar karena aku tak bisa menemukannya di dalam toko.

Aku berlari ke arah kerumunan orang ramai dan sesaat kurasakan bumi seolah berhenti berputar. Bumi tempatku berpijak seakan-akan menarik segenap kemampuanku tuk bergerak. Di depanku, Nabila tergeletak dengan baju seragam putihnya yang berlumuran darah.

Segera kudekap ia erat dan menggendongnya sigap. Aku dibantu beberapa orang di sekitar lokasi segera melarikan buah hatiku ke rumah sakit. Di dalam mobil kudengar orang-orang mengatakan bahwa putriku adalah korban tabrak lari.

Sungguh aku tak peduli bagaimana kejadian sebenarnya atau siapa pun pelakunya, bagiku saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan nyawa putri mungilku. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya aku beristighfar dan mengajak bicara putriku dan memintanya bertahan.

Nabila mengeluarkan desah-desah kecil yang berusaha kutangkap, "Nda, sakit. Kepala Ila, Nda." Jelas terlihat ia menahan sakit yang tak tertahankan.

Sekuat tenaga aku berusaha menyimpan tangisan yang sudah menyesak di dada. Aku tak boleh terlihat menangis karena itu akan membuatnya lebih sakit dan panik. Aku harus terlihat tenang agar semangatnya muncul untuk berjuang melawan sakitnya.

"Ila sabar ya sayang, kita hampir sampai ke rumah sakit. Bunda tahu anak bunda kuat, Ila harus bertahan ya sayang, Allah pasti bantu Ila supaya sembuh," ah, derai itu sulit sekali terbendung saat melihat raut wajah bidadari kecilku yang pucat menahan sakit. Darah terus mengalir dari pelipisnya.

"Nda, Allah sayang Ila kan. Allah mau kan jumpa Ila?" parau suaranya masih bisa terdengar di telingaku.

Sebuah senyuman tersungging di bibir mungilnya. Senyuman terindah yang pernah ia punya. Ah, semakin erat dekapanku seolah ia tak ingin kulepaskan lagi.

Aku seolah terseret ke peristiwa 2 tahun silam saat aku berada di posisi yang sama, mendekap seseorang yang sudah menjadikanku permaisuri di taman hatinya meregang nyawa setelah sebuah mobil menabraknya tepat di depan pintu gerbang setelah mengantarkanku ke sekolah tempatku mengajar. Masih terpahat di ingatan, senyuman terakhir yang diberikannya sore itu. Ya Rabb, kuatkan hamba.

Sampai di rumah sakit, Ila segera dilarikan ke ruang gawat darurat. Dokter memintaku untuk menunggu di depan ruang operasi karena ternyata Ila harus segera dioperasi disebabkan pendarahan hebat di kepala dan punggungnya.

Aku merasa detik demi detik merambat begitu perlahan di ruang tunggu itu. Setelah hampir 2 jam menghabiskan waktu dengan kecemasan yang sulit digambarkan di depan ruang operasi itu, akhirnya aku menyeret langkahku ke arah mushala di ujung koridor tuk mengadukan segala gundah yang kurasakan di atas sajadah cintaNya.

Setulus kalbu kupinta dan kurayu pada sang pemberi hela nafas agar Ia menyembuhkan putri kecilku. Namun di sebalik semua itu, aku hanya meminta yang terbaik dariNya untuk cahaya mataku itu, karena aku yakin apa pun yang diputuskanNya, maka itu adalah yang terbaik untuknya, untukku, dan untuk semuanya.

Aku hanya meminta Dia memberiku kekuatan melalui semua ini. Ketenangan semakin kurasakan saat lirih ayat-ayat cintaNya itu kulafadzkan lirih. Ada rasa damai yang tiba-tiba hadir menyelusup di sanubari.

Kembali ke ruang tunggu kujumpai seorang wanita separuh baya yang kurasakan juga sedang menghadapi gundah yang sama. Ah, ruang ini, bangunan ini, seakan airmata, kegelisahan, dan kecemasan tersketsa di tiap sudut rumah sakit.

Setelah hampir 4 jam menunggu dengan kecemasan yang tak tergambarkan, dokter itu ke luar dan menatapku dengan tatapan sendu. Aku hafal sekali tatapan itu, tatapan yang sama saat lelaki yang telah menjadikanku seorang ibu itu dibawa masuk ke ruang operasi, tatapan serupa saat wanita yang menjadi perantara hadirku ke dunia harus melawan maut di meja operasi itu.

Ya Allah, kupinta kekuatan dariMU. "Nda, kalau besok Ila puasa penuh, do'ain Ila cepat jumpa ama Allah ya," terdengar lagi pintanya semalam.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un ...

Kulihat wajah Nabila pucat seperti kapas, namun di wajahnya senyum manis itu tak jua sirna, tak lagi kulihat sebuah derita di sana, yang tersisa hanya sebuah senyuman yang mengiringinya menghadap sang pemilik kehidupan.

Senyum yang juga diberikan ayahnya saat ia pergi meninggalkan dunia fana ini. Airmata tak lagi bisa kubendung saat kutatap lekat wajah bidadari kecilku itu, seolah ingin kupahat tiap detil wajahnya di dinding hati agar sketsa itu takkan pernah pudar tuk selamanya.

Selamat jalan, sayang. Kau pergi disaat mulia, disaat kau mulai meraba arti kehidupan di usiamu yang belia, disaat kau mulai tertatih belajar mencintaiNya, di Ramadhanmu yang pertama. Kau dapatkan kebahagiaan orang yang berpuasa, kebahagiaan akan perjumpaan denganNya.

Bunda mencintaimu, nak. Sangat, namun ternyata cintaNya padamu telah menguntum saat cinta bunda masih berputik. Bunda sadar cintaNya akan lebih bisa membuatmu bahagia. Dia jauh lebih mencintaimu, sayang.

Hingga Dia tak rela kau dibius cinta dunia, karena itu Ia ingin kau ada di sisiNya. Bunda janji, bunda akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memelukmu lagi. Do'akan bunda, ya nak. Bunda sayang Ila, nak
.
Read More
Gudang

jeritan hati _ Kisah Perselingkuhan


Suamiku tertidur di sebelahku,
aku mengamati dan memandangnya…
Ya Allah aku telah banyak menyakitinya,
menghianatinya tanpa pernah dia tahu…
Ya Allah betapa aku merasa diriku hina sekali dihadapannya.
Aku tidak pantas memperlakukannya seperti ini…

Pembaca setia Gudang Care...

kisahku ini dimulai ketika aku diterima menjadi seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta di sebuah... kota di Kalimantan. Belum lama aku bekerja di perusahaan tersebut tepatnya baru 5 bulan, bosku memperkenalkan aku dengan sahabatnya.

Sahabat bosku ganteng, kaya, dewasa, pekerjaannya pun mapan, jika dibandingkan dengan pacarku atau lebih tepatnya bisa dibilang suamiku karena kita diam-diam sudah menikah sirih, tetapi perusahaan tidak pernah tahu kalau aku sudah menikah karena masa dinas yang tidak memperbolehkan karyawan menikah sebelum satu tahun bekerja. Suamiku hanya seorang admin di sebuah perusahaan asuransi dan masih menyelesaikan kuliahnya, jika dibandingkan dengan sahabat bosku yang sudah mapan, kaya, dan ganteng itu sungguh sangat jauh berbeda.

Awalnya aku menolak menerima cinta sahabat bosku tersebut, dengan menangis-nangis dia memohon agar aku mau menerima cintanya. Tapi memang awalnya aku belum tertarik padanya, aku merasa tahu diri bahwa aku sudah bersuami dan aku sangat mencintai suamiku itu, dengan membayangkan masa-masa dulu bahagia dengan cinta yang kami bina.

Tetapi dengan penuh cinta, sahabat bosku tersebut berusaha terus mendekatiku. Dia menelpon, sms, menghubungiku melalui Facebook, dan dengan cara-cara lainnya. Meskipun dia jauh di Jakarta, tetapi tidak memupuskan semangatnya untuk mengejarku. Tanpa disadari aku mulai kehilangan dia ketika dia sehari saja tak menghubungiku, aku merindukannya ketika sejam saja dia terlambat menanyakan aku apa sudah makan siang atau belum, aku merasa nyaman dengan kedewasaanya, kasih sayangnya, dan semua perlakuannya kepadaku.

Pada suatu hari kami bersepakat untuk bertemu, dia bela-belain ke Kalimantan hanya untuk menemuiku. Dia utarakan niatnya untuk memperistriku tapi karena aku juga mulai mencintainya akupun berniat memilihnya untuk menjadi suamiku yang sebenarnya. Aku berniat untuk meminta cerai talak kepada suamiku yang sekarang. Tapi karena aku tahu bahwa aku sudah tidak perawan karena aku sudah menikah sirih dengan suamiku yang sekarang. Kuceritakan kondisi diriku yang sebenarnya kepada sahabat bosku tersebut.

Dia menangis seolah tidak terima bahwa seseorang yang sangat dicintainya dan dipilih untuk menjadi istrinya tidak sesuai dengan kriteria dirinya dan keluarganya. Dia bilang kalau dia pribadi bisa menerima aku apa adanya karena dia sangat mencintaiku, tapi untuk memperkenalkan aku kepada keluarganya dia bilang belum bisa dan belum sanggup melakukannya.

Dia tak tahu apakah keluarganya mau menerimaku atau tidak jika calon menantunya adalah seorang janda. Karena di dalam keluarganya harga diri, nama baik, status sosial, bibit, bebet, dan bobot adalah sangat menjadi pertimbangan.

Aku sangat kecewa dengannya, aku berusaha melupakannya setelah pertemuan itu, tetapi tidak kusangka dia tetap menelponku meski dia tahu bahwa aku tidak seperti yang dia mau. Dia tetap berusaha menjaga hubungan cinta kami.


Lama kelamaan aku menyadari bahwa dia memang benar-benar mencintaiku.

 Aku tidak pernah merasakan cinta seperti dia mencintaiku, mengagumiku. Aku merasa menjadi wanita yang paling cantik dan sempurna di dunia karena dicintai seseorang pria dewasa seperti dia.

Akhirnya kita tetap berhubungan, tak ayal berhubungan badanpun sudah menjadi suatu kebutuhan dan sebuah ungkapan untuk kami melepas rindu. Meski jarak memisahkan kami tetapi tidak memupuskan semangat kami untuk memadu cinta. Sebulan sekali kami pasti bertemu, entah dia yang ke Kalimantan atau aku yang ke Jakarta hanya untuk menemuinya. Meski aku harus berbohong kepada keluarga besarku dan suamiku soal seringnya aku harus keluar kota. Aku selalu membuat alasan kalau aku mendapat tugas dinas keluar kota dari kantor. Dengan penuh kesabaran suamiku selalu mengantarkan aku ke bandara jika aku mau ke jakarta dan menjeputku lagi di bandara saat aku kembali ke Kalimantan.

Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu, kami terus memadu kasih melalui dunia maya, handpone dan sebagainya. Suatu hari keluargaku berniat menikahkan aku secara resmi dengan suamiku, aku bingung harus berbuat apa. Sedangkan aku sudah tidak mencintainya lagi, semua sudah pudar seiring berjalannya waktu. Tetapi aku pun tidak pernah mendapat kepastian dari sahabat bosku itu tentang hubungan kami.

Hubunganku dengan sahabat bosku yang tidak tahu kemana akan dibawa membuatku berpikir dua kali. Sampai kapan aku terus mengharapkannya, sedangkan dia seolah lebih mencintai keluarganya dibanding aku. Meskipun dia rela melakukan apa saja untukku tapi tidak untuk menentang keluarganya demi aku.

Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani pernikahan resmiku bersama suamiku. Meski cintaku kepadanya sudah tidak seperti dahulu lagi tapi aku tidak ada pilihan lain. Daripada aku menunggu selikuhanku yang tidak pernah ada kepastian. Dan akhirnya aku pun menikah resmi.

Sahabat bosku itu terus menelponku dan menangis, dia merasa dia juga tidak bisa berbuat apa-apa atas kehidupannya bersamaku. Tapi entah mengapa aku merasa nyaman, tenang, dan bahagia atas pernikahan resmiku bersama suamiku. Meski cintaku tidak lagi sepenuhnya seperti dahulu.

Hari demi hari aku lalui dengan berusaha menjadi ibu rumah tangga yang baik di depan suamiku meski aku tidak setia kepadanya. Hubunganku dengan selingkuhanku pun terus berlanjut, tak berbeda dengan sebelum aku menikah kami tetap saling mengunjungi entah aku ke Jakarta atau dia yang ke kalimantan. Dia tetap mencintaiku seperti dulu, tidak berubah. Dia tetap mengagumiku, memujaku seperti dulu, bahkan kami sempat untuk berencana memiliki anak. Kami terus berusaha untuk bisa segera punya anak, sama seperti suamiku yang ingin segera memiliki anak dari pernikahan kami.

Satu bulan, dua bulan, akhirnya bulan keempat pun tiba. Aku merasa tidak mendapatkan haid di bulan itu. Seminggu setelahnya aku periksa kedokter ternyata hasilnya positif, iya aku hamil. Meski aku belum tahu anak siapa yang aku kandung tapi berita ini membuat kedua laki-laki yang sama-sama mencintaiku itu sangat bahagia.

Tapi entah kenapa aku tidak yakin kalau ini anak selingkuhanku, karena dilihat dari frekuwensi kami bertemu hanya sebulan sekali, meski setiap kali kami bertemu kami pasti berhubungan badan. Pernah suatu hari selingkuhanku menanyakan kepastian siapa bapak dari anak yang aku kandung, tapi aku meyakinkan dia bahwa untuk tidak terlalu berharap karena menurutku labih baik dia kecewa sekarang daripada nanti setelah aku melahirkan, dia lebih kecewa lagi ketika dia tahu bahwa si kecil ngga mirip dia.

Hari ke hari, bulan ke bulan, sampe akhirnya tiba waktu aku melahirkan. Suamiku yang setia menungguiku dari awal aku merasa kesakitan sampai saatnya aku bertaruh nyawa melahirkan anakku, anakku yang aku belum tahu siapa bapaknya. Dari pagi sampai pagi lagi suamiku dengan sabar mendampingiku, memberiku support dan semangat. Sampai dia tertidur di sebelahku, aku mengamatinya dan memandangnya ya Allah aku telah banyak menyakitinya, menghianatinya tanpa pernah dia tahu. Seandainya dia tahu perbuatanku yang sangat bejat ini mungkin dia tidak akan pernah mau melihat mukaku lagi dan mungkin aku akan kehilangan laki-laki yang sangat setia dan baik ini.

Rasa ibaku muncul, tiba-tiba aku ingat masa-masa dulu aku bersamanya merajut cinta. Susah senang kami jalani bersama tanpa mengeluh. Cintaku kembali bersemi untuk suamiku, rasa iba itu membawaku kembali mencintainya, menyayanginya, ya Allah betapa aku merasa diriku hina sekali dihadapannya. Aku tidak pantas memperlakukannya seperti itu. Ternyata aku sadari bahwa masih ada setitik rasa cinta untuk suamiku.

Akhirnya aku pun melahirkan buah hatiku, yang banyak orang menantinya. Dia cantik, putih bersih, mungil. Wajahnya mirip sekali denganku, tetapi bentuk tubuhnya mirip sekali dengan ayahnya, ya! Ayahnya yang tegap, tinggi besar, dan bertulang besar, dia adalah suamiku. Suamiku yang sah yang akupun mulai mencintainya lagi, menyayanginya. Ternyata bapak dari anakku adalah suamiku yang sah, entah kenapa pula aku sangat bahagia mengetahui bahwa ayah kandung dari anakku adalah suamiku sendiri, suami yang sah, yang aku khianati sejak lama.

Akupun menelpon selingkuhanku untuk memberi tahu kabar baik ini kepadanya, meski belum tentu ini adalah kabar menggembirakan buat dia. Setelah kuberi tahu, dia seolah sudah siap atas segala kemungkinan yang akan terjadi, kemungkinan bahwa si mungil cantikku itu bukanlah keturunanya. Kami sempat berkomunikasi melalui video call di rumah sakit, dan akupun menunjukkan si kecil padanya.

Dia tetap bahagia meski dia tahu bahwa anakku bukan darah dagingnya. dia selalu menanyakan kabar anakku setiap dia menelponku. Dia juga ikut cemas jika si kecil sakit. Bahkan dia mengirimkan kado istimewa untuk si kecil. Aku tidak pernah tahu terbuat dari apakah cintanya buatku. Seperti apapun kondisiku dia tetap mencintaiku dan memujaku.


Tapi aku kini telah sadar, aku mulai mencintai suamiku lagi, mulai menyayanginya lagi. Dan aku pun mulai jarang menghubungi selingkuhanku. Tapi meski begitu dia tidak pernah putus asa untuk selalu menjalin hubungan baik denganku. Baginya meskipun dia tidak bisa memilikiku paling tidak dia tetap bisa berteman denganku, tahu kabarku. Bahkan dia mengirimkan uang untuk kado si kecil. Membelikan boneka saat dia ke kotaku di kalimantan. Aku sangat menghargai cintanya buatku, tapi aku sadar bahwa aku sudah bersuami dan bahkan sekarang ada si kecil yang selalu membuatku sadar akan kodratku dan statusku.

Aku menyanyangimu Suamiku.. meski di hatiku sudah terbagi dengan yang lain meski secuil. Maafkan aku, tapi aku berjanji aku tidak akan meninggalkan kalian suamiku dan anakku, kalian tetap nomor satu bagiku. Aku mencintai kalian, kalian adalah semangat hidupku.
Read More

Saturday 6 April 2013

Gudang

Selamat Jalan Khonsaa



Semoga Alloh memberikan kekuatan dan ketabahan menjalani ujian ini, semoga kisah ini bisa menjadi ibrah/hikmah bagimu dan ibu-ibu lain yang mendapat ujian serupa.

“sebuah curahan hati seorang ibu yang baru saja kehilangan putri pertamanya. Seorang ibu yang tiada mengenal lelah untuk mengkampanyekan ASI sebagai makanan terbaik bagi buah hatinya.. Elona Melo T.A” Selasa, 17 Juli 2001, jam 10.10wib engkau hadir di tengah kehidupan kami nak. Sempurnalah rasanya mama menjadi seorang wanita dengan kelahiranmu.

Engkau kami beri nama Khonsaa’ Al Anshoriyah. Khonsaa’ adalah nama seorang sahabat Rosul wanita yg merelakan ke3 anaknya mati syahid di peperangan, hingga akhirnya beliau pun ikut syahid.

Al Anshoriyah, kami pilihkan menjadi nama belakangmu dg harapan engkau termasuk ke dalam golongan orang-orang yg gemar menolong layaknya kaum anshor.

Dari balita, engkau sudah menjadi tempat mamamu curhat, entah engkau paham atau tidak setiap ada kegundahan engkau bantu meringankannya dengan jalan mendengarkan nak. Itulah sebabnya engkau menjadi salah satu Sahabat Terbaik mama. Kau tenangkan mama, kau hapus air mata mama setiap mama menangis karena rindu dengan almarhum opamu. Dengan lembut kau bisikan di telinga mama “jangan sedih ma”.. lalu engkaupun memeluk mama.

Sebagai anak pertama, engkau menjadi sekolah sekaligus guru bagi mama. Bagaimana naluri keibuan mama terasah dengan keberadaanmu. Engkau mengajarkan pada mama bahwa kesabaran tidak berbatas, walau sebagai manusia sering sabar itu hilang. Engkau ajarkan pada mama, bahwa kasih sayang, kehangatan dan kejujuran akan berakhir dengan ketiganya pula. Kau ajarkan bahwa, ibu adalah guru pertama sekaligus terbaik bagi anak-anaknya. Itu sebabnya papamu meminta mama untuk tetap di rumah menemani engkau dan adik-adikmu..

Ketika adik-adikmu lahir, di usia yg masih sangat muda, engkau berubah menjadi sosok kakak yang begitu dewasa, banyak mengalah, walau kami orangtuamu tahu hal itu berat engkau lakukan. Kami sering memberimu tanggung jawab “titip ade-ademu ya mba” setiap mama dan papamu pergi, walau di rumah ada yang lain. Kau tunaikan amanah kami dengan memberi laporan singkat jelas dan padat apa yg terjadi saat mereka ditinggal. Apabila ada mainan atau bukumu yg dirusak oleh adikmu, yang kau lakukan hanya menangis dan mengadu pada mama, dengan harapan mama akan memperbaikinya..itu sering kita bersama.

Engkau buat kami bangga dengan keistiqomahanmu untuk mengenakan jilbab di usia 6 tahun, walau engkau hanya seorang diri yg melakukannya di kelasmu. Kau butikan kecerdasanmu dg hasil IQmu yg sangat jauh di atas rata-rata dan prestasimu sebagai juara kelas. Ternyata, kebanggaan ini juga dirasakan oleh eyang mama dan eyang papa, oma danbude pakde juga om kamu nak. Mama sering tidak segan-segan berkata bahwa “mama banggamu nak”.

Al Anshoriyah, engkau betul-betul anak yg gemar menolong. Terbukti dari cerita guru-gurumu bahwa engkau tidak segan-segan menolong temanmu yg kesulitan dalam belajar, walau resikonya ditegur oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena dengan ikhlasnya soal ujian temanmu kau kerjakan dari awal hingga selesai. Ingat nak..betapa marahnya mama ketika tahu kejadian itu, namun di sisi lain mama melihat sikap rela berkorbanmu yg begitu tinggi.

Saat kita pindah, dari Jakarta ke Bandung, engkau terlihat sedih karena harus meninggalkan sahabatmu, namun sekaligus gembira setelah mendengarkan cerita mama bahwa kelak kamu akan mendapat teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa Sunda. Ingat Khonsaa’ ketika tanpa engkau sadari caramu dan adikmu berbicara mulai berubah dan menjadi bahan becandaan sepupumu di jakarta…? Itu membuktikan betapa dirimu mudah bergaul nak. Mama juga bangga padamu ketika seorang wali murid menceritakan bahwa menurut anaknya, kamu adalah “the coolest girl in the class” karena wawasanmu yg luas. Dari masalah gadget, pelajaran, poppin (satu bentuk tarian), music, buku-buku..begitu banyak yg kau ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!

Saat teman-teman seusiamu masih belum kenal dunia komputer dan online, kamu sudah begitu akrab dengan keduanya. Niatmu punya Facebook dan akrab dengan dunia online engkau ceritakan dalam rangka “jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi saat usiamu masih 7 tahun.

Padahal, yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang asyik dengan pekerjaannya.

Sering sekali engkau cerita ke mama hasil browsingmu ke beberapa web hanya untuk membedakan “akar tunggal dan akar serabut”.

Kau buktikan, bahwa dunia online seharusnya memang digunakan untuk  hal-hal yang bermanfaat…

Sebagai mama, banyak sekali kesalahan yg mama perbuat padamu nak, bahkan tidak terhitung.. Kemarahan yang kadang melampau batas, ketidaksabaran yang sebenarnya masih sangat bisa ditahan.

Ketika mama menangis menyesal bila memarahimu dan adikmu, yang kau ucapkan hanya “nggak apa-apa ma”.

Ingat nak, ketika mama menyusui adik-adikmu engkau berada di dekat mama sambil engkau bertanya “aku dulu nyusu juga ngga ma”. Seketika itu juga mama tidak mampu menahan tangis, sembari berucap “itu salah satu kebodohan mama nak, maafkan mama krn mama tdk menyusuimu”.
Mama ceritakan alasannya bahwa luka yg ada tdk mampu mama tahan. Lagi-lagi engkau menghibur mama dg berucap “nggak papa ma, yang penting sudah usaha”.

Salah satu kesalahan mama terbesar padamu ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya karena keletihan yang sebenarnya masih bisa mama tahan, mama tidak menemanimu dan adikmu yg pagi itu semangat sekali ingin berenang, dan memang itulah tujuan kita menginap di hotel. Mama lebih milih berada di kamar hotel dan membiarkanmu beserta papa dan kedua adikmu ke kolam renang yg ketika itu memang ramai. Mba Rahmi dan Mba Siti, yang selama ini membantu mama mengurus rumah juga ikut menemani kalian. Padahal engkau pun belum terlalu mahir berenang nak, mama tahu ketakutanmu pada air yang kau coba hilangkan
sedikit demi sedikit.

30 menit kemudian papamu kembali ke kamar hotel dan, tidak lama telpon pun berdering memberitahu bahwa engkau tenggelam…!!!

Bagai tersambar petir, mama dan papa langsung menjerit dan lari menuju kolam, namun engkau sudah dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Sekelebat terlintas rasa marah dan was-was silih berganti…

“Mana pool guard yang seharusnya menjaga kolam renang”.. hanya itu kalimat yang mama ucapkan seraya berlari ke arah kolam.

Mama seorang guru renang nak, papamu mahir berenang. Mama bahkan sering bercerita padamu kejadian-kejadian saat mama menolong beberapa orang yang hampir tenggelam…

Tapi…

  Dimana mama, saat anak mama tenggelam,

Mana guru renang yang mahir berenang 4 gaya, dengan murid tak terhitung jumlahnya..???

Mana guru renang yg berkali-kali menolong orang yang bisa saja nyawanya melayang di kolam renang…??

Mana….???

Allohu akbar..dalam perjalanan menuju rumah sakit di kepala mama yang ada hanya rasa sesal..

Inikah teguran atas kesombonganku ya Alloh?”

 Sebegitu sombongkah aku hingga Engkau mengujiku seberat ini?

Dan…hari itu Alloh menunjukkan kuasaNya..

Mama menemuimu di ruang UGD ketika engkau telah terbujur kaku nak. Seketika itu dunia terasa gelap, aliran darah seakan terhenti..melihat sesosok tubuh tertutup kain putih…

Ya Alloh..Ya Robbi..Ya Rohman..Ya Rohim, inilah saatnya Engkau ambil titipanmu yg pernah Kau tanamkan dalam rahimku.

Dunia seakan berhenti berputar..rasanya tidak percaya hingga mama lihat tanda lahir di lengan kirimu, bekas luka kecil cacar di hidungmu, tahi lalat di telingamu dan sekujur badanmu yg mama hafal bentuknya satu persatu karena kamu anak mama…

Mama segera memeluk jasadmu nak, tanpa berpikir lagi apakah engkau dengar atau tidak, hanya kata maaf yg mampu mama ucapkan di telingamu. Dada ini terasa sesak menahan sebuah beban yg terasa seperti sebuah gunung yang sangat besar.

Sambil memandikan jenazahmu, mama bisikkan di telingamu bahwa, mama buktikan kalau mama kuat menerima kepergianmu. Demi mengharap ridho Alloh Azza Wajalla, mama tahan air mata dan rasa marah yang sebenarnya lebih mudah bila diledakkan saat itu juga.


Demi meyakini akan syahidnya seseorang yang wafat karena tenggelam, mama tahan emosi mama nak..

Demi meyakini, bahwa engkau akan menjadi hijab api neraka bagi orang tuamu yang kotor ini, mama tahan dorongan ingin menjerit sekeras-kerasnya.

Engkau penuhi janjimu nak..

Al Anshoriyah, Engkau gemar menolong saat masih hidup. Dan, engkau tolong kami dengan kepergianmu.

Banyak sekali janji mama padamu nak, hadiah sepeda BMX bila engkau juara kelas lagi, jalan-jalan ke dufan dan menaiki semua wahana karena kini engkau sudah tinggi, latihan renang intensif selama liburan nanti…, bermain hujan bertiga adikmu, menyambangi sahabat-sahabat dan Guru-gurumu di Jakarta..namun, semua itu tinggal janji…

Engkau tunaikan janjimu…tapi pada siapa mama tunaikan janji-janji mama nak..?

Cita-cita kami orang tuamu ingin merawat dan mendidikmu hingga dewasa, digantikan dengan sebuah cita-cita mulia yg tak mampu kami ucapkan, mengharapkan kita semua bisa bertemu maut dengan kesyahidan. Kau tunaikan itu semua nak…

Maafkan mamamu nak, yang tidak berada di dekatmu saat-saat terakhir hidupmu.

Walau pedih, mama bersyukur karena telah dipercaya oleh Alloh menerima amanah seorang gadis kecil yang sangat special di mata setiap orang yang mengenalnya.

Janji mama terakhir kalinya padamu anakku, mama akan kuat melepasmu walau berat. Mama akan merawat kedua adikmu, mama akan menjadi ibu yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Bantu mama agar kuat nak, walau air mata penyesalan, kesedihan, kerinduan ingin memelukmu tak mampu mama bendung.

Rasa sesal tidak menjadi ibu yang sempurna begitu hebatnya mama rasakan hingga saat ini.

Semoga Alloh Sang Ilahi Robbi, memaafkan semua kesalahan mama padamu.

Mama sangat mencintaimu anakku..

Mama sangat merindukanmu..sahabatku…

Mama bangga padamu..guruku…

Mama akan kuat, demi janji mama padamu..syahidahku!

“Ketahuilah bahwa pertolongan menyertai kesabaran, sesungguhnya ada kelapangan bersama kesusahan dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”

elona melo binti tomela arief
mama bagi Khonsaa’-Zainab-Tholhah
judul asli : Selamat Jalan Khonsaa’, Anak, Guru dan Sahabat Terbaik Mama..
Shared By Gudang Care
http://gudang-care.blogspot.com
Read More