Cinta merupakan bagian dari episode paling romantis dalam kehidupan manusia. Karena cinta, hidup terasa lebih hidup. Namun, cinta ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi berdampak baik, disisi lain membahayakan. Cinta bisa membuat orang bahagia, juga tak sedikit yang menderita. Banyak pernikahan digelar karena jalinan cinta, juga banyak perpisahan terjadi karena cinta. Cinta bisa lurus-lurus saja, tapi juga bisa sangat terjal, curam dan berliku. Tak sedikit yang bisa mereguk indahnya cinta, menikmatinya sebagai sebuah anugerah Illahi dan merengkuhnya dalam hidup penuh bunga. Namun, banyak juga yang terjungkal, terbanting dan tersesat di dunia cinta.
Dunia memang menawarkan keasyikan yang penuh dengan romantisme. Kerinduan terhadap sang kekasih menjadi bumbu penyedap yang membuat asa semakin bergelora. Saking dahsyatnya rasa yang ditawarkan oleh cinta, banyak anak manusia yang gelap mata, terbuai oleh cinta buta atau terbawa permainan cinta, sehingga terikat dalam genggaman cinta monyet, cinta fisik, cinta diri sendiri, cinta popularitas, cinta materiil yang kemudian memenjarakan manusia dalam kecanduan.
- Adanya pikiran obsesif, misalnya terus-menerus curiga akan kesetiaan pasangan, terus-menerus takut ditinggalkan pasangan sehingga selalu ikut ke manapun perginya sang kekasih.
- Selalu menuntut perhatian dari waktu ke waktu, tenpa ada toleransi dan pengertian.
- Manipulatif, berbuat sesuatu agar pasangan mengikuti kehendaknya/memenuhi kebutuhannya, misalnya: mengancam akan memutuskan hubungan jika mementingkan hobinya.
- Selalu bergantung pada pasangan dalam segala hal, apapun juga, mulai dari minta pendapat, mengambil keputusan sampai dengan memilih warna pakaian.
- Menuntut waktu, perhatian, pengabdian dan pelayanan total sang kekasih. jadi, pasangan tidak bisa menekuni hobinya, jalan-jalan dengan teman-temannya, atau bahkan memberikan sebagian waktunya untuk orang tua/keluarga.
- Menggunakan seks sebagai alat untuk mengendalikan pasangan.
- Menganggap seks adalah cinta dan saran untuk mengekspresikan cinta.
- Tidak bisa memutuskan hubungan, meski merasa amat tertekan karena "berharap" pada janji-janji surga pasangan.
- Kehilangan salah satu hal terpenting dalam hidup, misalnya pekerjaan atau keluarga inti demi mempertahankan hubungan.
Jadi, jangan sampai kita terbuai dalam indahnya cinta, sampai kita larut dalam kebutaan yang bisa membuat kita tersesat dan jauh dari makna cinta yang sesungguhnya. [edi]