Test Footer 1

Thursday 20 June 2013

Gudang

Wanita berjelbab Tercantik Di Dunia












Read More
Gudang

Wahai Akhwat, Jangan Tertipu ”Playboy Berkedok Ikhwan”

“Subhanallah ukhti, Akhi Fulan bin Fulan ini benar-benar shalih, cara bicaranya,  cara merespon lawan bicara, cara memberi komentar di pesbuk, semua kata-katanya indah dan menyentuh, bahkan sangat gentlemen banget.”
Demikian kira-kira curhat seorang akhwat terdengar kepada penulis. Mungkin banyak dari kita mendapat curhat seperti itu dari rekan dekat dan sekitar. Curhat kekaguman seorang akhwat terhadap ikhwan yang dikenal via fesbuk atau jejaring sosial lain. Tidak mengherankan jika akhwat mengagumi ikhwan berlebihan, karena mungkin sang akhwat sedang terpedaya oleh kalimat menghanyutkan dari sang ikhwan.
Jika kita memperhatikan pergaulan dunia maya, banyak yang tertipu dan mudah percaya dengan identitas yang tersaji. Padahal dunia maya itu tidak sepenuhnya dapat dijadikan rujukan informasi tentang identitas seseorang. Contoh yang paling menonjol, banyak peristiwa akhwat terlukai oleh manis tipuan ikhwan dunia maya. Penulis ambil contoh dari jejaring sosial fesbuk. Di sini rentan terjadi penipuan, baik dari orang biasa maupun orang luar biasa atau orang yang keluar dari kebiasaan.
Ada akhwat yang memang senang dan merasa tersanjung dengan didekati ikhwan yang rada-rada punya jiwa gombalis suka bergaya puitis. Inbox dan komentar dinilainya sebagai bentuk perhatian khusus bagi akhwat, padahal tidak jarang bukan cuma dua atau tiga akhwat yang dijadikan target melancarkan aksi gombalisasi.
Tetapi ada juga akhwat yang justru merasa risih dan gerah dengan banyak diperhatikan ikhwan, karena akhwat akan dapat menyimpulkan bahwa ikhwan model gini tidak layak disebut sebagai ikhwan, tapi lebih pantas dijuluki “Playboy Berkedok Ikhwan.”
Ada beberapa ciri-ciri playboy bergaya ikhwan di dunia maya yang bernama facebook, antara lain:
1. Rajin memberikan perhatian kepada akhwat melalui komentar, seakan ia adalah ikhwan shalih yang hafal ratusan dalil Al Qur’an dan hadits, padahal bermodal copy-paste dari internet.
2. Giat kirim inbox pada akhwat. Penting engga penting, ada aja alasan buat membuka celah agar tercipta dialog, terkadang dipaksa-paksakan, sampai-sampai kucing tetangga yang lagi sakit pun jadi bahan pembicaraan.
4. Tebar perhatian berisi nasihat, misalnya: “Ukhti sholatnya yang khusyu’ ya’, ato ‘ukhti semangat, mujahidah gitu lho, hehhee’. Norak banget khan?”
5. Yang paling parah ini nih, tebar janji ta’aruf dan nikah, padahal yang dijanjikan bukan cuma dua atau tiga akhwat. Giliran ketauan bohongnya, jadi berabe.
De el el, masih banyak lagi, yang pasti play boy berbaju ikhwan ini sistematis cara melancarkan serangan. Jika yang di incer akhwat yang suka ngebahas jihad, maka bentuk tebar pesonanya juga berkecimpung tentang jihad, meskipun dengan modal mbah Google. Jika yang diincar akhwat aktivis, maka bentuk perhatiannya juga ga jauh-jauh tentang problema keumatan, meski kalimat perhatiannya hasil copas beranda tetangga sebelah.
Terakhir, penulis hanya ingin mengingatkan saja, hati-hati dengan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay yang suka tebar perhatian. Para FBI alias Female Bidikan Ikhwan juga harus pintar-pintar menggunakan jejaring sosial agar mendapatkan manfaat, bukan mudharat. Kalau mau serius sama ikhwan, lebih baik ajak kopdar dan nanya orang-orang dekat. Dan kepada para play boy, stop it deh aksinya, kasian para akhwat yang udah terpedaya oleh aksi kalian. Be Good man guys..                
Read More
Gudang

Nikmat Menikah: Malam Jum’at, Ya Baca Al Kahfi Bersama Ya Bercinta

Menikah adalah sunnah Nabi yang dapat menyempurnakan separuh agama. Menikah, juga mendatangkan ketenangan (sakinah) dan kebahagiaan (sa’adah). Sakinah bukan hanya karena cinta yang bersifat fisik (mawaddah), tetapi juga dikuatkan dengan cinta yang bersifat non fisik (rahmah). Kesemuanya merupakan nikmat tersendiri dari Allah, yang hanya bisa dirasakan oleh insan yang telah menikah.
Di malam Jum’at misalnya. Ada banyak kesempatan mendulang pahala bagi suami dan istri, yang tidak didapatkan oleh orang yang belum menikah.
Bagi semua muslim, membaca surat Al Kahfi di hari Jum’at adalah sunnah. “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at,” sabda Rasulullah yang diriwayatkan Al Hakim dan Al Baihaqi serta dishahihkan Al Albani, “maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.”
Tetapi… bagi pasangan suami dan istri, membaca surat Al Kahfi bersama di malam Jum’at, saling menyimak, adalah kenikmatan tersendiri. Pahala sunnah membaca surat Al Kahfi didapat, ketenangan didapat, dan penguatan cinta juga didapat. Sebab –sekali lagi- cinta dalam Islam bukan hanya karena faktor fisik semata (mawaddah), cinta juga memiliki sisi non fisik (rahmah) yang tidak bergantung pada ketertarikan wajah dan tubuh. Beribadah bersama, menunaikan amal shalih bersama, menghidupkan rumah dengan sunnah, adalah penumbuh dan penguat cinta.
Jika membaca surat Al Kahfi dan bersalawat adalah amal sunnah yang bisa ditunaikan siapa saja, ada satu hal yang tidak bisa dikerjakan kecuali oleh mereka yang sudah menikah. Sebuah amal berpahala besar sekaligus membawa nikmat seketika. Para sahabat sempat terkejut ketika Rasulullah mensabdakan bahwa berhubungan badan dengan istri adalah sedekah. “Wahai Rasulullah, apakah kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?” Rasulullah –sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim- pun menjawab: “Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa. Oleh karenanya jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala.”
Bahkan, sebagaian ulama berpendapat, “bercinta” di malam Jum’at mendapatkan keutamaan tambahan, selain pahala seperti yang disebutkan Rasulullah tersebut.
“Barangsiapa (yang menggauli istrinya) sehingga mewajibkan mandi pada hari Jum’at kemudian diapun mandi, lalu bangun pagi dan berangkat (ke masjid) pagi-pagi, dia berjalan dan tidak berkendara, kemudian duduk dekat imam dan mendengarkan khutbah dengan seksama tanpa sendau gurau, niscaya ia mendapat pahala amal dari setiap langkahnya selama setahun, balasan puasa dan shalat malam harinya.” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)
Hadits tersebut menggambarkan betapa besarnya balasan pahala bagi orang yang melakukannya. Yakni “bercinta”, mandi, bangun pagi, berangkat awal ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at, duduk dekat imam dan mendengarkan khutbah dengan seksama. Pahala dalam hadits ini diberikan kepada orang yang melakukan paket enam amal itu, tidak terpisah-pisah. Namun demikian, tergambarlah keutamaan “bercinta” di malam Jum’at.
Memang ada yang berpendapat bahwa sunnah dalam hadits tersebut adalah “bercinta” pada hari Jum’at (pagi), mengingat mandi Jum’at itu dimulai setelah terbit fajar di hari Jum’at. Namun yang lebih populer adalah “bercinta” di malam Jum’at, sedangkan mandinya bisa saja saat terbit fajar sebelum menunaikan Shalat Shubuh berjama’ah.
Abu Umar Basyir di dalam bukunya Sutra Ungu menambahkan, “Di negara yang menerapkan libur pada hari Jum’at, tentu tidak masalah jika seseorang ingin berhubungan seks pada hari itu. Lalu bagaimana di negara yang menetapkan hari Jum’at sama seperti hari-hari kerja lainnya? Bagaimanapun, hukum sunah tetap saja sunah. Jadi itu hanya soal kesempatan melakukannya saja. Jika mampu dilakukan, Insya Allah membawa berkah. Di situlah, manajemen waktu berhubungan seks menjadi perlu diatur. Karena itu bisa saja dilakukan menjelang subuh, atau sesudah shalat Subuh. Tiap pasutri tentu lebih tahu mana saat yang paling tepat.” Wallaahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]
Read More
Gudang

Sudahkah Syar’i Hijab Anda?

Sudah tidak asing lagi di lingkungan kita sosok-sosok wanita Islam (Muslimah) yang mengenakan “jilbab”, dimana merupakan wujud dari apresiasi hukum wajib Islam yang harus ditaati. Dan adalah hal yang sangat menggembirakan ketika melihat para wanita Islam mulai berbondong-bondong mengenakan jilbab.
Jilbab yang dipahami masyarakat kita adalah jilbab sebagai kerudung, bukan dari makna aslinya, yakni baju luar yang dipakai untuk menutupi tubuh dari atas (kepala) sampai bawah (kaki), kemudian dikenal dengan nama hijab, karena dipakai dengan maksud untuk menghindari dari pandangan laki-laki yang bukan mahram (tidak mempunyai hubungan darah/kekerabatan).
Semakin banyaknya muslimah yang memakai jilbab dewasa ini, nampaknya tidak disia-siakan oleh dunia mode, sehingga terciptalah banyak model/kreasi jilbab yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Dan Pada dasarnya, model seperti apa pun jilbab yang dikenakan seorang muslimah, harus tetap mengacu pada standarisasi jilbab yang dimaksud dalam ajaran Islam, dimana fungsi sebenarnya adalah pakaian takwa atau hijab.
Adapun syarat hijab seorang muslimah adalah :
  1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan, seperti muka dan telapak tangan.
  2. Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri.
  3. Kain yang tebal dan tidak tembus pandang.
  4. Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian.
  5. Tidak menyerupai laki-laki.
  6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir.
  7. Pakaian yang tidak mencolok.
Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa jibab itu syar’i atau tidak dengan mengacu pada tujuh syarat tersebut.
Yang menarik perhatian penulis dan perlu dicermati adalah model jilbab yang sepertinya syar’i (sesuai aturan Islam) tapi ternyata tidak syar’i. Penulis mengambil contoh salah satu model jilbab lebar (biasanya menjuntai sampai pusar atau menutupi dada) yang ada kerutan dan neci pada leher. Kalau ditarik ke belakang, samping, atau depan (sesuai modelnya), leher akan terlihat lebih ramping tapi tidak mencekik. Dan biasanya, model jilbab ini berbahan kain “jatuh” atau lembek. Kalau kita perhatikan lebih teliti, model seperti ini akan menampakkan lekuk pada pundak dan dada.
Salah satu contoh lainnya, yakni pada jilbab yang ada kerutan di kepala, melingkar dari telinga kanan ke telinga kiri. Kalau yang memakai jilbab model seperti ini menyanggul rambutnya, maka rambut akan terlihat bentuknya, karena posisi kerutan tepat di bawah sanggulan rambut. Padahal dalam konteks menutup aurat, di sini tidak hanya menjadikannya tidak kelihatan secara fisik, tapi juga secara bentuk (lekuk).
Jadi, sudah seharusnya para kaum muslimah lebih hati-hati dalam memilih model jilbab, karena yang disyari’atkan bukan hanya lebar menutup dada, tapi juga harus tebal (tidak transparan), tidak menarik perhatian, dan tidak menampakkan lekuk tubuh. Wallahu a’lam bishshawab.
Read More