Test Footer 1

Friday 3 May 2013

Gudang

Warung di Babahrot Sediakan Gulai Ikan Air Tawar Serba Komplit, Ueeeeeenaaaaaaak


Meski sederhana warung nasi Bang Man termasuk yang difavoritkan oleh warga. Bila kita datang ke sana pada jam-jam makan maka akan terlihat antrian pengunjung. Warung ini dibuka sejak tahun 1998 silam, hanya hanya menyediakan menu-menu ikan air tawar

BLANG PIDIE – Berada di Simpang Alue Jambe Gampong Gunung Samarinda, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Blang Pidie, warung nasi Bang Man terlihat sangat sederhana. Untuk sampai ke warung ini hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam dari Kota Blang Pidie, atau sekitar 15 menit dari perbatasan Kabupaten Nagan Raya.

Meski sederhana warung nasi Bang Man termasuk yang difavoritkan oleh warga. Bila kita datang ke sana pada jam-jam makan  maka akan terlihat antrian pengunjung. Warung ini dibuka sejak tahun 1998 silam, hanya hanya menyediakan menu-menu ikan air tawar. Andalah utamanya adalah gulai lele atau gulee seungkoe.

Warung ini buka setiap hari kecuali Jumat. Biasanya pengunjung mulai datang sejak pukul 10.00 hingga 13.00 wib. Setiap hari kata Sulaiman, atau bang Man, pemilik warung tersebut ia bisa menghabiskan hingga 13 kg ikan lele dan 22 bambu beras.

Lele-lele yang diolah bang Man merupakan lele liar yang didatangkan dari Tripa, Kabupaten Nagan Raya. Lele liar tersebut kanya memiliki cita rasa yang lebih gurih, ini dilakukannya demi menjaga kualitas makanan di warungnya. Pernah ia mencoba mengolah lele yang diternak namun pelanggannya sering kecewa.

Meski sederhana warung ini ramai disinggahi tamu-tamu pemerintah maupun LSM. Amatan Atjeh Post, Selasa, 30 Oktober 2012 kemarin, beberapa karyawan bank dan pekerja lain sengaja datang ke sana untuk makan siang. Karena tempat duduknya terbatas tak sedikit di antara mereka yang terpaksa mengantri
.
Selain gulai lele di sana juga ada gulai udang, gulai ikan kerling, dan gulai belut, Untuk sayur ada beberapa macam seperti tumis pakis, daung singkong santan dan rebus. Sejak dulu kata Bang Man pejabat-pejabat di Abdya sering datang ke sana untuk makan siang. Mantan Bupati Akmal Ibrahim juga pernah mengajak mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf untuk makan di sana.

Ketua DPRK Abdya yang sekarang katanya juga sering makan di sana kalau kebetulan sedang berkunjung ke Babahrot.

“Beberapa waktu lalu saat Mualem tiba berkunjung ke Abdya saya juga mengantarkan gulai ikan kerling ke pendopo,” katanya.

Seporsi gulai lele rata-rata dijual dengan harga Rp 15 ribu, sedangkan ikan kerling dihargai Rp 30 ribu.[mR]


Read More
Gudang

Menjadikan Jilbab se-populer Celana Jeans Adalah Misi Muslimah AS


Muslimah Amerika Serikat tak berhenti mempromosikan pemakaian jilbab kepada masyarakat AS. Itu sebabnya kontes jilbab di AS mulai diminati.

Kontes jilbab dipilih bukan tanpa alasan. Selain sebagai wadah promosi ajaran Islam, kontes ini merupakan wadah menggalang toleransi.

Namun, misi besar yang diemban Muslimah AS melalui kontes ini adalah menjadikan jilbab seperti celana jeans. Jenis pakaian sehari-hari yang begitu diterima dan dikagumi masyarakat AS.

Sarah Musa, desainer Muslimah, menilai mempromosikan ajaran Islam melalui jilbab merupakan strategi yang efektif. Disini, masyarakat AS dapat melihat bagaimana Islam menghormati perempuan. Jadi, jilbab itu bukan mengekang kebebasan perempuan.

"Dan menutupi tubuh juga bisa modis, apakah itu anda mengenakan topi, sorban, atau apa pun itu masih jilbab," kata dia seperti dikutip onislam.net, Kamis (2/4).

Musa mengatakan, kontes dari jilbab ini juga mencerminkan keinginan Muslimah AS bahwa mereka yang mengenakan jilbab merasa bebas.

"Kita di AS mungkin bisa mengenakan celana jeans dan jaket jeans. Kreativitas menjadi tidak terbatas, namun masih dalam koridor kesopanan. Jadi, berhijab versi AS," kata dia. [mR]

Read More
Gudang

Leugoek, Makanan Tradisional yang Nyaris Hilang di Aceh Barat Daya


Leugoek adalah salah satu makan khas yang berada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Makanan ini terbuat a-godok ketila . Selanjutnya diaduk dalam kelapa parut.
Lazimnya warga membuat leugoek ketika ada kegiatan meuseuraya (saling bantu) misalnya membuat atap dari daun rumbia, potong kayu, ceumeuloe pade (mengarit), memanen padi bersama-sama serta menanam padi.
Pada generasi tua yang kini berusia diatas 40-an tahun pernah menikmati makanan ini. Namun generasi sekarang sudah banyak tidak tahu bagaimana bentuk leugoek, apalagi menikmatinya.
Dalam diskusi dwi mingguan yang diadakan oleh Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) Abdya Rabu 2 Januari 2013, yang mengangkat thema soal “pariwisata Abdya ; potensi dan strategi promosi” tiba-tiba ada peserta yang menyebut-nyebut soal leugoek ketika mengungkapkan sejumlah makanan tradisional yang khas di daerah ini.
Wacana soal makanan khas daerah muncul saat diskusi itu ketika ada peserta yang menyarankan perlu ada icon dalam pengembangan wisata di daerah berpenduduk 132 ribu jiwa itu. Salah satu icon dimaksud adalah dari  makanan khas sebagai sajian kuliner bagi pengunjung (wisatawan).
Sekarang Leugoek jarang terdengar. Saat Aceh masih dilanda konflik dulu, kegiatan meuseuraya jarang terjadi sehingga leugoek yang biasanya sering disajikan di acara itu jarang dibuat warga.
Jika meuseuraya digelar hingga beberapa malam makanan yang disajikan juga bervariasi. Malam pertama leugoek, malam kedua itu dibuat boh pisang keurabe ngoen u (buah pisang masak direbus lalu dipotong-potong baru diaduk dengan kelapa parut).
“Makanan tersebut menjadi makanan favorit waktu ada kegiatan meuseuraya,” ujar warga Gampong Padang Sikabu, Kecamatan Kuala Batee.
Tanpa disadari produk dan nilai-nilai budaya lokal banyak yang telah bergeser, termasuk  makanan khas daerah. Selain leugoek dulu di Abdya punya beragam jenis makanan khas yang sudah nyaris hilang dari ingatan, sebut saja Lumpeung yang terbuat dari sagu campur pisang.
Bentuknya menyerupai martabak telor atau roti cane, namun berbentuk lingkaran ukurannya sebesar piring nasi. Ada beberapa lagi produk makanan yang memakai bahan dari sagu lagi seperti Peureune dan Timpan Sagu.
Terlepas dari kepantasan tentang wacana menjadikan leugoek sebagai daya tarik wisata kuliner, eksplorasi kembali makanan khas Abdya dan Aceh tentu sangat relevan dalam rangka mendukung program pemerintah yang tengah mendeklarasikan “Visit Aceh Years tahun 2013”. Lalu siapakah yang akan tampil menjadi penggerak inovasi produk makanan tradisional khas Aceh itu. [mR]
Read More